Euforia
Natal Masa Kini
25 Desember adalah hari yang ditunggu
oleh umat Kristiani di seluruh dunia. Euforia perayaan Kelahiran sang
juruselamat mewarnai sepanjang Desember tidak lagi hanya ditanggal 25-26
Desember bahkan minggu-minggu Adven ataupun pada masa penantian dicampur-aduk
dengan perayaan Natal. Akan Tetapi yang menjadi sorotan kita bukanlah mengenai
tanggal dan bulan perayaan Natal ini tetapi apa yang menjadi nuansa-nuansa
terkini dari perayaan-peraayan Natal yang selama ini kita ikuti, dan hadiri dan
bahkan kita ikut berkarya di dalam perayaan Natal tersebut (Khususnya Umat
Kristiani).
Diawali dengan berbagai liturgi dalam ibadah, seperti
liturgi Penciptaan, kejatuhan manusia ke dalam dosa, Kelahiran dll. Menjadi
suatu hal yang umum dan ciri khas dari peraayaan Natal tersebut. Di setiap
datangnya bulan Desember, permintaan pasar semakin naik dengan konsumsi
masyarakat akan pakaian-pakaian Natal dan segala aksesorisnya baik itu untuk
menghias diri sendiri, menghias rumah dan Aksesoris untuk menghias gereja.
Pakaian-pakaian mahal, eksotis dan berkualitas dengan motif-motif kemerahan
mewarnai Hari Natal dan membuatnya semakin meriah dengan hadirnya Petasan dan
segala bentuk hal lainnya yang dapat menciptakan keramaian dan menggambarkan
sukacita.
Panitia-panitia perayaan Natal pun dibentuk semenjak
oktober ataupun November, Proposal dijalankan dan pengutipan iuran diberlakukan
kepada tiap-tiap mereka yang mau berpartisipasi didalamnya. Ketika dana
terkumpul dan perayaan diadakan, dana digunakan untuk menyewa sound system dan
segala lampu kerlap-kerlip, salam-salam untuk pengkhotbah dan juga untuk
konsumsi. Natal berjalan dengan lancar, dan khotbah pun didengarkan dengan baik
sehingga selepas ibadah mereka menyalakan segala macam petasan lalu berfoto dan
selfie ria mengalahkan malam sunyi senyap menjadi malam yang riuh ramai.
Natal menjadi ajang bagi beberapa orang, untuk tampil dan
berkompetisi menunjukkan keahlian dan keterampilan berbusana, Natal juga
menjadi ajang untuk menunjukkan bakat koreografer dan seni pementasan di
panggung-panggung gereja. Natal juga menunjukkan bagaimana uang belanja dan
hedonisme menyatu dengan segala tata cara ibadah gereja. Natal juga menjadi
hiruk-pikuk yang menyibukkan pekerja dan menjadi lahan ekonomi yang strategis per
tiap tahunnya.
Pada suatu ketika, kurang lebih 2000 tahun yang lalu
ketika Yesus dikatakan oleh Alkitab lahir dikandang domba yang hina, masa kini
Yesus digambarkan lahir penuh dengan kemewahan dan kekayaan. Dan segala
kesusahan yang ditanggung Yusuf dan Maria sebagai Orangtua digambarkan dengan
peraga-peraga untuk menunjukkan betapa kolotnya 2000 tahun yang lalu
dibandingkan dengan masa kini. Kita sudah dijaman modern saat ini, mari
berpakaian moderat singkirkan kekolotan, nyalakan mercun ledakkan suaranya
sebab Natal telah tiba.
Ketika Desember telah tiba, tiba-tiba banyak orang
Kristiani yang mendadak kaya. Banyak pemuda yang tiba-tiba rajin keluar masuk
gereja dan menghapal koreo untuk pementasannya. Banyak anak-anak merengek
meminta baju baru dan uang jajan tambahan untuk membeli petasan. Natal menjadi
Nuansa Konser dan segala jenis hiruk-pikuk dan kebisingannya, meliputi seremoni
panjang membosankan, khotbah hingga hiburan berbau dancer yang ditunggu-tunggu.
Orang-orang Majus dari Timur 2000 tahun yang lalu hanya melihat Bintang Timur
yang bersinar cerah di langit dan membawa emas, kemenyan dan mur sebagai
persembahan. Desember ini terlalu banyak bintang, ada bintang diatas topi
natal, ada bintang di pohon Natal dan ada bintangnya dalam setiap acara Natal,
Tradisi Tukar Kado dan mengotori gereja dengan segala macam kotoran dari
upacara Natal yang kudus dan agung.
Generasi ini dan generasi mendatang, Natal akan selalu
ada dan potensinya akan semakin besar dan meriah. Harapan penulis, kiranya kita
memahami dan menyikapi Natal dengan persepsi terbaik dan semoga generasi
mendatang tidak mengganti fungsi dari petasan menjadi bom Molotov. Yesus
Kristus menyertai Umat Kristiani. Salam.
No comments:
Post a Comment