Luka-luka yang membekas di pohon
karet, dan lobang-lobang garapan getah yang terukir pada pohon kemenyan adalah
bukti dari penderitaan mahluk hidup, yang mengorbankan hidupnya untuk manusia
yang juga membutuhkan kehidupan generasinya. Lalu apa yang pohon itu dapatkan
dari manusia? Memberi tanpa mendamba hasilnya kembali. Rasa sakit yang berulang
dirasakannya dari benda tajam buatan manusia mengorek-ngorek getahnya, aliran
hidup baginya, ibarat darah bagi manusia.
Luka-luka itu terpampang jelas, seumur
hidup pohon tersebut. Menjadi sebuah kenangan meskipun selalu berusaha
menyembuhkan dirinya. Akan tetapi, luka itu tidaklah bisa berbohong dan akan
menjadi bentuknya sampai getahnya habis. Sampai pohon itu tidak lagi
menghasilkan getah. Tua tidak berguna, ditebang lalu dibakar. Musnah terabaikan.
Diamnya adalah sebuah kepasrahan akan manusia yang berkuasa atasnya.
Demikian juga, pada kehidupan ini.
Luka adalah sesuatu yang tidak dapat terhindarkan dalam sebuah proses
pencapaian kedewasaan dan sebuah model pembentukan diri dalam menyikapi
kehidupan dan menciptakan pola pikir tersendiri. Adakalanya manusia menyerah
dalam proses yang menjadi bagian hidupnya. Adakalanya juga seseorang menjadi
pribadi yang unggul karena mampu mengarungi badai dalam perjalanan hidupnya dan
terlahir baru sebagai seorang pemenang.
Tetapi satu yang hakiki, bahwa luka
yang dia alami adalah menjadi bekas-bekas di guratan wajahnya dan suratan
tangannya, yang tidak akan pernah sembuh seutuhnya, yang tidak akan pernah
pulih secara totalitas meskipun waktu ikut berperan dalam proses pemulihan itu,
akan selalu ada berkas yang tertinggal sebagai bahan perenungan ataupun bahan
untuk disesali.
Manusia memahami arti kebahagiaan
setelah merasakan bagaimana derita itu dalam hidupnya, manusia menghargai
sesuatu setelah ia sadar bahwa banyak juga ia telah kehilangan. Manusia
memahami kebersamaan setelah tahu betapa hampanya hidup dalam keegoisannya.
Penyesalan, kesalahan memberi dampak yang besar sebagai pembelajaran untuk
membentuk diri. Luka yang tergores pada pohon getah, tak selamanya perlambang
kesedihan ataupun kerugian akan tetapi pengorbanan untuk sesuatu yang lebih
besar. Tidak ada yang sia-sia.
Cinta adalah modal yang mendasar dari
jiwa manusia yang paling primitif. cinta menghasilkan hasrat, nafsu dan
keinginan yang kuat untuk memiliki sesuatu. Melahirkan sebuah ambisi yang besar
dan juga harapan. Hanya proses perjalanan kehidupan manusia itu, sehingga
melalui pasang surut badai dan gelombang yang telah dilalui akan menentukan
cinta seperti apa yang dia miliki sebagai manusia. Kisah Adam dan Hawa
mengawali bagaimana manusia mengenal cinta dan bagaimana manusia membutuhkan
pendamping dalam menghadapi hidup.
Ibarat dua mata koin yang tidak
terpisahkan demikian juga dua sisi hidup yang saling berlawanan tetapi juga
bertautan satu dengan yang lain. Hidup dan mati, suka dan duka, kecil dan
besar, indah dan buruk, terang dan gelap. Hal-hal tersebut saling memberi
sinergis keseimbangan dan Harmonisasi alam yang tidak terbantah.kehidupan
menawarkan banyak pilihan dalam satu jalan lurus. Bahkan ketika kau mencintai
seseorang, akan ada airmata disana, serta juga kebahagiaan yang mahal, yang
terlalu berat untuk terpisah jikapun waktu akhirnya ikut memisahkan.
Luka mampu membunuh seseorang karena
tidak sanggup menghadapi konflik sehingga mencari pelarian dalam hidupnya.
Tetapi luka juga sekaligus memberi dampak yang besar dalam pertumbuhan
mentalitas sehingga keunggulan hanyalah mereka yang mampu mengatasi luka
hidupnya, mengatasi mentalnya dan terlahir kembali sebagai seorang pemenang
sejati.
Luka tidak akan pernah sembuh
seutuhnya, tetapi biarlah langit bersama dengan waktu yang menentukannya. Pada
akhirnya, ingatan tidak pernah setia, sedikit demi sedikit hujan dan musim pun
mampu menghapus bagian-bagian terpahit. Jangan memandang Luka sebatas Rasa
Sakit, akan tetapi Kenalilah Luka sebagai Proses untuk memperbaiki hidup,
layaknya game puzzle yang harus di acak ratusan susunan yang harus kita
perbaiki menjadi suatu lukisan mozaik yang indah.
Chairil Sastra
No comments:
Post a Comment