Saturday, December 17, 2016

Motivasi : Luka sebagai Jembatan Goyah Menuntun Langkah yang Seimbang




Luka-luka yang membekas di pohon karet, dan lobang-lobang garapan getah yang terukir pada pohon kemenyan adalah bukti dari penderitaan mahluk hidup, yang mengorbankan hidupnya untuk manusia yang juga membutuhkan kehidupan generasinya. Lalu apa yang pohon itu dapatkan dari manusia? Memberi tanpa mendamba hasilnya kembali. Rasa sakit yang berulang dirasakannya dari benda tajam buatan manusia mengorek-ngorek getahnya, aliran hidup baginya, ibarat darah bagi manusia.
Luka-luka itu terpampang jelas, seumur hidup pohon tersebut. Menjadi sebuah kenangan meskipun selalu berusaha menyembuhkan dirinya. Akan tetapi, luka itu tidaklah bisa berbohong dan akan menjadi bentuknya sampai getahnya habis. Sampai pohon itu tidak lagi menghasilkan getah. Tua tidak berguna, ditebang lalu dibakar. Musnah terabaikan. Diamnya adalah sebuah kepasrahan akan manusia yang berkuasa atasnya.
Demikian juga, pada kehidupan ini. Luka adalah sesuatu yang tidak dapat terhindarkan dalam sebuah proses pencapaian kedewasaan dan sebuah model pembentukan diri dalam menyikapi kehidupan dan menciptakan pola pikir tersendiri. Adakalanya manusia menyerah dalam proses yang menjadi bagian hidupnya. Adakalanya juga seseorang menjadi pribadi yang unggul karena mampu mengarungi badai dalam perjalanan hidupnya dan terlahir baru sebagai seorang pemenang.
Tetapi satu yang hakiki, bahwa luka yang dia alami adalah menjadi bekas-bekas di guratan wajahnya dan suratan tangannya, yang tidak akan pernah sembuh seutuhnya, yang tidak akan pernah pulih secara totalitas meskipun waktu ikut berperan dalam proses pemulihan itu, akan selalu ada berkas yang tertinggal sebagai bahan perenungan ataupun bahan untuk disesali.
Manusia memahami arti kebahagiaan setelah merasakan bagaimana derita itu dalam hidupnya, manusia menghargai sesuatu setelah ia sadar bahwa banyak juga ia telah kehilangan. Manusia memahami kebersamaan setelah tahu betapa hampanya hidup dalam keegoisannya. Penyesalan, kesalahan memberi dampak yang besar sebagai pembelajaran untuk membentuk diri. Luka yang tergores pada pohon getah, tak selamanya perlambang kesedihan ataupun kerugian akan tetapi pengorbanan untuk sesuatu yang lebih besar. Tidak ada yang sia-sia.
Cinta adalah modal yang mendasar dari jiwa manusia yang paling primitif. cinta menghasilkan hasrat, nafsu dan keinginan yang kuat untuk memiliki sesuatu. Melahirkan sebuah ambisi yang besar dan juga harapan. Hanya proses perjalanan kehidupan manusia itu, sehingga melalui pasang surut badai dan gelombang yang telah dilalui akan menentukan cinta seperti apa yang dia miliki sebagai manusia. Kisah Adam dan Hawa mengawali bagaimana manusia mengenal cinta dan bagaimana manusia membutuhkan pendamping dalam menghadapi hidup.
Ibarat dua mata koin yang tidak terpisahkan demikian juga dua sisi hidup yang saling berlawanan tetapi juga bertautan satu dengan yang lain. Hidup dan mati, suka dan duka, kecil dan besar, indah dan buruk, terang dan gelap. Hal-hal tersebut saling memberi sinergis keseimbangan dan Harmonisasi alam yang tidak terbantah.kehidupan menawarkan banyak pilihan dalam satu jalan lurus. Bahkan ketika kau mencintai seseorang, akan ada airmata disana, serta juga kebahagiaan yang mahal, yang terlalu berat untuk terpisah jikapun waktu akhirnya ikut memisahkan.
Luka mampu membunuh seseorang karena tidak sanggup menghadapi konflik sehingga mencari pelarian dalam hidupnya. Tetapi luka juga sekaligus memberi dampak yang besar dalam pertumbuhan mentalitas sehingga keunggulan hanyalah mereka yang mampu mengatasi luka hidupnya, mengatasi mentalnya dan terlahir kembali sebagai seorang pemenang sejati.
Luka tidak akan pernah sembuh seutuhnya, tetapi biarlah langit bersama dengan waktu yang menentukannya. Pada akhirnya, ingatan tidak pernah setia, sedikit demi sedikit hujan dan musim pun mampu menghapus bagian-bagian terpahit. Jangan memandang Luka sebatas Rasa Sakit, akan tetapi Kenalilah Luka sebagai Proses untuk memperbaiki hidup, layaknya game puzzle yang harus di acak ratusan susunan yang harus kita perbaiki menjadi suatu lukisan mozaik yang indah.
Chairil Sastra

No comments:

Post a Comment