PEMBIMBING
PAK
(Mardaup J)
A.Hakekat Pendidikan Agama Kristen.
Banyak istilah-istilah yang digunakan para Ahli
untuk Disiplin ilmu PAK. Seperti dalam
Bahasa Inggris : Religious Education(Pendidikan Agama), Christian Religious
Education (Pendidikan Agama Kristen), Christian Education(Pendidikan Kristen),
Christian Nurture(Asuhan Kristen), Religion Instruction(Pengajaran Agamawi),
Katekese,dll. Istilah-istilah ini lahir dengan latar belakang masing-masing
dengan arti yang khas pula. Namun, setidaknya menunjuk pada satu maksud, yaitu
tugas sebagai persekutuan iman untuk mendidik serta membina warganya maupun
pihak lain sebagai tugas pelayanannya.
1.Hakikat PAK
Secara
Etimologi, istilah pendidikan merupakan terjemahan dari “education”. Kata
“Education” berasal dari Bahasa Latin “ducere” yang berarti membimbing(to lead),
ditambah awalan “e” yang berarti keluar (out). Jadi, arti dasar dari pendidikan
adalah: suatu tindakan untuk membimbing keluar. Thomas H. Groome mengatakan
bahwa, ada beberapa dimensi penekanan, asumsi, dan perhatian yang terkandung di
dalam konsep pendidikan sebagaimana ditunjukkan oleh arti etimologisnya. Tiga
dimensi penekanan/waktu adalah tekanan tentang masa lampau, masa kini dan masa
yang akan datang. Tiga Asumsi dasar adalah asumsi dan perhatian terhadap masa
lampau, asumsi dan perhatian terhadap masa kini, Asumsi dan perhatian terhadap
masa yang akan datang ataupun masa depan.
Disebut
bahwasanya pendidikan adalah aktivitas politis. Menurut Groome, aktivitas
politis adalah intervensi sengaja dan terstruktur dalam kehidupan orang lain
dengan usaha untuk mempengaruhi bagaimana mereka(oranglain) menjalani hidupnya
dalam masyarakat.Dalam Usaha mendidik, secara sadar atau tidak, ada intervensi
atas kehidupan orang lain(peserta didik)
yang dapat mempengaruhi pola pikir dan sikap seseorang dalam menjalankan
kehidupannya di tengah-tengah masyarakat.Dengan kata lain, guru sebenarnya
sedang mempraktikkan/ menjalankan kekuasaan.
Pendidikan
sebagai suatu kegiatan sengaja, sistematis dan berkesinambungan. Jadi dalam
pandangan ini pendidikan selalu mengasumsikan kesengajaan. Sering kita
mendengar pandangan bahwa semua
pengalaman bersifat mendidik. Namun pernyataan tersebut tidaklah sepenuhnya
benar.Pendidikan sebagai bimbingan kepada individu menuju pemahaman dari seni
kehidupan. Hal ini memberi tekanan yang holistik terhadap manusia (manusia
seutuhnya) yakni dengan mengartikan keseluruhan seni kehidupan.
Keinginan
manusia yang tetap adalah menuju kepada realisasi
kemungkinan-kemungkinannya(potensi-potensinya). Apabila benar bahwa pendidikan
secara mutlak adalah usaha untuk mencapai yang transenden dan suatu ekspresi
dari keinginan manusia tersebut, maka semua pendidikan yang baik dapat disebut
bersifat religius. Ada hal yang khas dalam pendidikan agama, yang memberinya
fungsi yang khusus dalam hubungannya dengan pendidikan secara umum. Dalam hal
arti dan konsepnya, David Tracy mengakui bahwa tidak ada satu defenisi tunggal
yang secara universal disepakati mengenai fenomena manusia yang disebut agama
tersebut, sehingga ada ahli yang mengusulkan kata agama dihilangkan saja, oleh
karena kata itu membingungkan, tidak perlu dan menyesatkan.
Kepelbagaian
defenisi tentang agama disebabkan dua hal: (1) adanya tradisi agama yang
bermacam-macam(berbeda-beda).(2) adanya disiplin akademik yang bermacam-macam
yang berusaha memahami fenomena agama tersebut. Agama adalah suatu fenomena
yang riil dan selalu hadir dalam sejarah peradaban manusia.Manusia pada
dasarnya selalu mencari yang transenden(yang supranatural) dan secara teologis
hal ini kita sebut “kesadaran religius” yakni kesadaran akan adanya sesuatu hal
yang supranatural.
Sejauh
kita menyadari bahwa pendidikan itu jauh lebih luas dari usaha persekolahan dan
bahwa pendidikan yang baik perlu mempertahankan pendekatan yang holistik
terhadap manusia seutuhnya(kognitif, afektif, maupun psikomotorik) maka
menyebut aktivitas kita sebagai pendidikan memberi keleluasaan atau kebebasan
kepada kita untuk mengembangkan pendidikan itu dengan sejumlah literatur dan
penelitian yang memadai.
Bila
dibandingkan dengan komunitas iman Kristen(gereja) yang melaksanakan pendidikan
agamawi tersebut, tentu ada kekhasan dan perbedaannya dibandingkan dengan
pendidikan agama yang dilakukan dari perseptif Islam. Praktisnya, jika itu
dilakukan oleh gereja sebagai suatu persekutuan iman , maka kontent (isi) dari
pendidikannya berdasarkan ajaran dan teologi gereja itu.
B. TUJUAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
James D. Smart merumuskan tujuan akhir dari PAK
dengan kata-kata sebagai berikut; “kita mengajar agar melalui pengajaran kita,
Allah dapat bekerja di hati mereka yang diajar, untuk menjadikan mereka
murid-murid yang meyakinkan baik dengan kata-kata maupun perbuatan ditengah-tengah
dunia” Jadi tujuan akhirnya menjadikan peserta didik murid sejati, apapun arti
dari ungkapan menjadi murid.
Werner
C.Graendorf mengatakan bahwa tujuan PAK adalah untuk membimbing
individu-individu pada semua tingkat perkembangannya dengan cara pendidikan
kontemporer menuju pengenalan serta pengalaman akan tujuan serta rencana Allah
dalam Kristus melalui setiap aspek kehidupan dan juga untuk memperlengkapi
mereka demi pelayanan yang efektif.
Komisi
PAK dari dewan Gereja-gereja di Indonesia pernah merumuskan tujuan akhir dari
PAK: Mengajak, membantu, menghantar seseorang untuk mengenal kasih Allah yang
Nyata dalam Kristus Yesus, sehingga dengan pimpinan Roh Kudus ia datang ke
dalam suatu persekutuan yang hidup dengan Tuhan. Hal ini dinyatakan dalam kasihnya
terhadap Allah dan sesamanya manusia, yang dihayati dalam hidupnya sehari-hari,
baik dengan kata-kata maupun perbuatan selaku anggota tubuh kristus yang hidup.
Tanggapan
Positif
1.
Dengan
Pembimbing PAK, kita mengetahui dan memahami bahwa pendidikan tidak semata-mata
mengajar saja bagi pendidik, tapi pendidik juga belajar serta dengan anak-anak
didiknya
2.
Tujuan
PAK adalah menghantar seseorang untuk Mengenal Kasih Allah yang Nyata dalam
Pribadi Yesus Kristus. Praktisnya, untuk membuat seseorang memiliki ahlak yang
baik dalam hidupnya.
Tanggapan
Negatif
1.
Pendidikan
sebagai proses politis, adalah sesuatu yang harus ditanggapi dengan tepat oleh
para Guru/pendidik, sebab proses politis itu sengaja atau tidak seorang
pendidik tentu menggunakan “kuasanya” dalam mendidik.
No comments:
Post a Comment