![]() |
AGAMA
DAN STRATIFIKASI SOSIAL
(Mardaup J)
I.Pendahuluan
Sosiologi mendefinisikan Agama sebagai suatu definisi yang
Empiris.Sosiologi tidak pernah memberikan defenisi agama yang bersifat
Evaluatif(menilai). Maka Sosiologi hanya memberikan defenisi yang deskriptif(
menggambarkan apa adanya), serta mengungkapkan apa yang dimengerti dan dialami
pemeluk-pemeluknya.
Kondisi dan gaya hidup yang tidak sama melahirkan pandangan,
kebutuhan,tanggapan dan struktur motivasi yang berbeda dan beragam. Karena itu
keberagaman kelompok dalam masyarakat akan mencerminkan perbedaan jenis
kebutuhan keagamaan. Akibatnya,bagi Sosiologi agama terbentang luas lapangan
studi yang menyangkut hubungan antara agama dengan struktur sosial.
II. ISI
Agama ialah suatu jenis sistem sosial yang
dibuat oleh penganut-penganutnya yang berporos pada kekuatan-kekuatan
nonempiris yang dipercayainya dan didayagunakannya untuk mencapai keselamatan
bagi diri mereka dan masyarakat luas umumnya. Agama disebut “jenis sistem
sosial” hendak menjelaskan bahwa agama adalah suatu fenomena sosial, suatu
peristiwa kemasyarakatan,suatu sistem sosial dapat dianalisis, karena terdiri
atas suatu kompleks kaitan dan peraturan yang dibuat saling berkaitan dan
terarahkan kepada tujuan tertentu.
Masyarakat adalah suatu struktur yang berkembang dan berubah terus-menerus
sebagai akibat dari kekuatan hukum.Laju proses sosial dan perubahan sosial itu
sendiri tidak terlepas dari perubahan sosio-kultural,bahkan justru karena
dipengaruhi secara langsung oleh sosio budaya,teristimewa apabila kebudayaan
asli bertemu dengan kebudayaan asing. Unsur-unsur kebudayaan agama memainkan
peranan dominan atas masyarakat, baik itu agama asli maupun agama asing.
Sebagaimana de facto unsur kebudayaan nonreligius mempengaruhi dan mengubah
masyarakat melalui lapisan-lapisan sosial, demikian pula agama sebagai unsur
kebudayaan religius hanya dapat masuk dan meresap dalam masyarakat melalui
lapisan-lapisan Masyarakat.
Didalam Seluruh Masyarakat, orang membedakan antara masalah sakral dan
sekuler. Meski demikian, penekanan masyarakat terhadap nilai-nilai yang sakral
tersebut amat berbeda. Ada 3 tipe masyarakat menurut Nottingham;
Masyarakat-masyarakat yang mewakili tipe pertama adalah masyarakat
kecil,terisolasi dan terbelakang, ekonomi yang sederhana, keluarga sebagai
lembaga paling penting,kelas sosial yang masih relatif kecil. Sangat didominasi
oleh nilai-nilai keagamaan.
Masyarakat-masyarakat tipe kedua tidak begitu terisolasi( masyarakat
pra-industri berkembang), berubah lebih cepat, lebih luas dan lebih besar
jumlah penduduknya. Tingkat teknologi yang lebih tinggi dari masyarakat tipe
pertama. Disinilah terdapat kemungkinan timbulnya ketegangan antara sistem
nilai keagamaan dan masyarakat secara keseluruhan, meskipun kecenderungan bagi
agama untuk tenggelam kedalam tradisi tetap ada. Tipe Masyarakat
ketiga(industri-sekuler) adalah masyarakat yang sangat dinamik dimana teknologi
semakin berpengaruh terhadap semua aspek kehidupan, memberikan
konsekuensi-konsekuensi penting bagi agama.Pengaruh inilah yang merupakan salah
satu sebab mengapa anggota-anggota masyarakat tersebut semakin lama semakin
terbiasa menggunakan metode-metode empirik berdasarkan penalaran dan efisiensi
dalam menanggapi berbagai masalah kemanusiaan. Tetapi, tak ada satupun diantara
tipe-tipe ini yang berdiri sendiri dalam masyarakat nasional manapun di dunia
modern sekarang.
III.Kesimpulan
Agama dan stratifikasi sosial berdampingan
dalam masyarakat masa kini yang majemuk dan beraneka. Agama mampu mempengaruhi
sebuah masyarakat dan struktur yang berlaku di dalamnya. Dalam prosenya suatu
masyarakat pasti akan mengalami perubahan demi perubahan.
IV. Refleksi
Keberadaan berbagai
masyarakat dengan konsepsi yang berbeda-beda tentang peranan agama menimbulkan
konflik-konflik dan ketidaksesuaian baik dalam tatanan sosial maupun dalam
kepribadian mereka. Memahami adanya konflik-konflik dan
ketidaksesuaian-ketidaksesuaian ini, adalah sangat penting untuk bisa memahami
keberadaan agama di dunia dewasa ini
No comments:
Post a Comment