Tuesday, March 1, 2016

Agama Dalam Dilema




AGAMA
SUATU INSTITUSI DALAM DILEMA
(Mardaup J)

 A.Pendahuluan
            Agama, melalui hubungannya dengan yang tertinggi dan suci menjawab masalah makna pada titik dimana pengetahuan manusia mulai goyah. Agama menyediakan suatu hubungan dengan hal diluar jangkauan, ketika manusia tidak lagi mampu menawarkan keselamatan dan apabila pengendalian yang dilakukan manusia terhadap kondisi lingkungan dan alam gagal. Agama memberikan arah yang menyeluruh dan makna yang tuntas terhadap kehidupan manusia, serta memberikan mekanisme penyesuaian kepada aspek-aspek situasi manusia diluar pengendalian manusia.
            Tetapi akhirnya, agama berkembang menjadi bentuk organisasi, itu tidak lepas dari tuntutan agama itu sendiri sebab agama semakin berkembang dari waktu kewaktu sehingga membutuhkan suatu kedudukan yang tepat disamping tugas daripada agama itu sendiri yang dipanggil Tuhan untuk melayani kebutuhan manusia yang terdalam.
 B. ISI
            Bahwa ketika suatu agama memasuki sistem kelembagaan dan menjalaninya menjadi suatu hal yang rutin, maka agama itu akan menghadapi kesulitan yang timbul dari dari rutinitas itu sendiri, bahkan lebih dari sekedar kesulitan, agama justru akan menghadapi “dilema”. Ketika diperhadapkan pada satu pilihan diantara dua alternatif yang saling berlawanan seperti antara “ya” dan “tidak”.Pilihan itu menempatkan agama pada satu hal yang disebut “serbasalah” sebab memilih “ya” itu salah dan juga ketika memilih “tidak” itu justru tidak benar.
            Zaman melaju dan selalu melangkah ke depan dan masyarakat selalu mengalami perubahan dari masa ke masa menuju kepada bentuk yang lebih kompleks dan sempurna. Dalam proses tersebut yang tidak dapat diantisipasi adalah “perubahan sosial”. Unsur-unsur sosiobudaya dari beberapa sektor kehidupan mengalami kemajuan karena ilmu pengetahuan dan penemuan baru, inovasi dalam bidang komunikasi dan teknologi. Hal tersebut menimbulkan beraneka dan beragam serta bermacam gaya hidup dan mode-mode yang baru. Tetapi, satu hal yang menonjol adalah bahwa keberadaan “agama tetap sama” meskipun situasi telah berubah. Agama tetap statis dan berpegang pada prinsip-prinsip keberadaan awalnya. Keadaan inilah yang menimbulkan masalah sulit yang dihadapi agama yang disebut “dilema”
            Agama tidak hanya sekedar menjadi suatu faktor yang menyumbang kebaikan bagi integrasi masyarakat, yang memungkinkan pencapaian tujuan dan memperkuat pengendalian sosial. Agama tidak semata-mata merupakan suatu faktor yang memperkuat moral dan keseimbangan daripada kepribadian individu. Agama juga memiliki sifat pemecah belah, suatu awal penyebab ketegangan dan konflik. Hubungan antara masyarakat dan agama sering menjadi suatu hal yang kabur dan dilematis. Hubungan agama dan masyarakat merupakan suatu hubungan yang dialektis, bisa menjadi negatif pada suatu waktu dan dan positif pada waktu lain.
            Hubungan antara masyarakat dan agama harus dilihat dari berbagai sudut pandang. Apa yang sesungguhnya dibutuhkan adalah pengetahuan yang lebih tepat dan terperinci tentang kondisi agama itu dan juga masyarakat. Agama seringkali diperhadapkan pada persoalan atau masalah kekuasaan dan kepemimpinan seperti kepemimpinan karismatis atau kepemimpinan rasional? Dua pilihan ini saling memiliki aspek positif dan negatifnya masing-masing yang tentunya menjadi dilema tersendiri bagi agama sebab diantara dua jawaban ini masing-masing memiliki resikonya tersendiri.
            Apabila suatu agama identik dengan kebudayaan suatu bangsa maka hal tersebut akan menimbulkan kerugian untuk agama itu sendiri, seperti (1)kredibilitas agama itu cenderung untuk diragukan oleh kalangan pemeluk agama yang berpendidikan/intelektual, (2)dengan adanya ajaran agama yang bercampur dengan sistem nilai budaya masyarakat setempat yang masih feodal tradisional, maka jiwa konservatisme asli bertumbuh dan semakin bertambah kokoh, karena mendapat pupuk yang baik dari konservatime agama tersebut,(3)kehidupan agama yang dikendalikan oleh pemimpin religius bersama dengan pemimpin sekular/profan mengundang munculnya intoleransi/tenggang rasa terhadap golongan yang lain.
            Dilema lain yang dihadapi agama ialah masalah uniformitas dan pluriformitas agama. Jika agama mau menitikberatkan perkembangannya dalam bentuk kesatuan yang absolut maka hal ini akan menimbulkan banyak kesulitan dalam tubuh agama itu sendiri. Agama-agama berusaha untuk menjelaskan hal-hal rohaniah yang abstrak dan supra empiris dengan lambang-lambang yang diambil dari dunia benda yang konkret mudah ditangkap oleh panca indra. Namun, penggunaan dunia perlambangan itu sendiri melibatkan umat beragama dalam kesulitan berujung dua.
 C. Kesimpulan
            Agama terlahir untuk kebutuhan rohaniah masyarakat. Dalam kenyataannya agama tidak dapat lepas dari keberadaan masyarakat sebab dengan kehadirannya manusia dapat menjawab berbagai persoalan kehidupan. Agama dalam prosesnya berkembang menjadi suatu bentuk yang lebih kompleks yaitu institusi serta merta dengan masyarakat yang juga bertumbuh dan melaju menuju bentuk masyarakat yang sangat berbeda dari sebelumnya sebab adanya pengaruh dari teknologi dan komunikasi sekarang ini. Agama mendapat tantangan atas hal ini, dan menghadapi dilema.
 D.Refleksi
            Sebagai umat beragama, seorang individu tidak perlu terlalu menekankan sifat fanatisme akan agama yang dianutnya dan malah menghadapi berbagai dilema akan ajaran yang berbeda dari kehidupan yang sebenarnya. Kenyataaan yang tidak selalu sesuai dengan harapan, dan situasi yang serba salah. Hanya perlu memahami bahwa agama pada dasarnya menawarkan kebaikan dan seseorang harus menyesuaikannya dengan zaman yang ia jalani.      

No comments:

Post a Comment