Tuesday, March 1, 2016

Perbedaan Dalam Sejarah Gereja Asia




PERBEDAAN GEREJA ASIA LAMA
DAN
GEREJA ASIA BARU
(Mardaup J)

   Sejarah Gereja Asia dibagi atas dua masa atau dua periode yaitu: 1) Zaman Gereja Asia Lama(Abad pertama sampai 1400 M) dan, 2) Zaman Vasco Da Gama/Periode Pekabaran Injil oleh orang-orang Barat( 1500 M-1947 M). Demikian pula dengan Zaman Gereja Asia Lama dibagi atas dua periode besar yaitu:
A.     Sebelum Kedatangan Islam (dibawah kekaisaran Romawi dan kerajaan Persia)
B.     Pada Masa Kekuasaan Islam.
  Zaman Vasco Da Gama dibagi atas periode sebelum dan sesudah tahun 1800 M. Berikut dijelaskan dalam tabel beberapa perbedaannya;

No
             GEREJA ASIA LAMA
                   GEREJA ASIA BARU

1.




2.




3.



4.



5.




6. 




7.



8.




9.

Periode dimana Gereja Asia Berkembang di wilayah yang pengaruh Helenismenya lemah,sehingga Kekristenan dapat berkembang.

Sepanjang sejarah Gereja Asia Lama, Mesopotamia Utara menjadi pusat keKristenan di Asia dan Pusat Pekabaran Injil di Asia.

Pada zaman ini, pemikiran mengenai Manusia, Keselamatan tidak bersifat Ontologis melainkan bersifat Historis.

Pandangan mengenai dunia adalah pesimis,dunia dikuasai Iblis.Manusia harus diselamatkan dari dunia.

Pandangan mengenai Manusia adalah optimis, jika seseorang disadarkan kembali dari jalan yang salah  maka ia akan kembali ke jalan yang benar.

Pandangan mengenai Allah tidaklah Sistematis sebab tidak jelas samasekali mengenai hubungan “Trinitas”pada ajaran Kristen semasa itu.

Dengan kehadiran Islam, jumlah Kristen kian merosot pada bagian timur Arab dan Persia. Dan akhirnya menjadi Minoritas.

Adanya keberadaan agama-agama negara seperti Zoroaster, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu di berbagai wilayah Asia membuat Kekristenan agak susah Berkembang.

Agama Kristen sempat hilang di Asia pada Era tahun 1300.





Periode dimana Pekabaran Injil kembali datang ke Asia oleh Orang-orang Barat pada masa-masa penjajahan oleh bangsa Eropa, sehingga Kekristenan dapat berkembang.

Pada zaman ini, kekristenan terbagi atas Misi Roma Katolik dan Zending Protestan yang di berangkatkan berbagai Misi Injili Eropa maupun disponsori Negara ke seluruh pelosok Asia.

Pemikiran Mengenai Maanusia, Keselamatan dll sudah semakin kompleks seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan.

Berbagai pandangan yang berbeda memunculkan paham yang berbeda baik antar Misi R.K dan Zending Protestan mengenai Dunia.

Paham mengenai Dosa dan pengampunan, kelahiran Baru telah diajarkan. Tidak hanya sebatas kembali ke jalan yang benar.


Ajaran Mengenai “Trinitas” sudah diajarkan secara sistematis.



Berbagai Misi Injili ke Negara Jepang, Indonesia,India,Korea dll. Sementara di Jazirah Arab termasuk Persia(Irak) sudah Total Islam.

Penyebaran Injil Lebih serius dan sistematis sehingga dapat menyentuh masyarakat pedalaman walaupun adanya keberadaan agama-agama lain.

Agama Kristen Kembali Muncul di Asia, setelah penemuan Vasco Da Gama dan kebijakan Misi Injili untuk menyebarkan Agama keseluruh dunia

Sejarah Perkembangan Pendidikan Agama Kristen




SEJARAH PERKEMBANGAN PIKIRAN DAN PRAKTEK
PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
(Mardaup J)

A.     Filsafat Ilmu dan Teologi, dan Pengertian PAK
            Filsafat berasal dari dua istilah Yunani yaitu “Philos” dan “Sophia” yang berarti “Cinta Kebijaksanaan” ,sebab karena kecintaan,keinginan atau kerinduannya maka orang berupaya mencari, menggali, dan merumuskan kebenaran. Kegiatan Filsafat senantiasa bertujuan membentuk atau merumuskan “pandangan Dunia”. Dalam hal ini yang dimaksud adalah yang merupakan gambaran yang kita miliki dalam melihat dan menjelaskan dunia dimana kita berada. Dunia dalam kaitan ini menyangkut yang Empiris dan non-Empiris. Dunia pengertian, kepercayaan, sosial, karya, ekonomi dan politik, semua termasuk di dalamnya. Dengan pemahaman itu, pandangan dunia merupakan bagian dari kebudayaan, dimana kita melaksanakan tugas dan panggilan sebagai mahluk Sosio-budaya.
            Filsafat berupaya untuk mengintegrasikan berbagai informasi yang ditemukan oleh sains. Seorang Filosof berupaya mengintegrasikan Kenyataan-kenyataan baru dari sains terhadap kehidupan secara menyeluruh. Para filosof melihat makna dibalik evidensi atau fakta hasil penemuan baru, memanfaatkan fakta agar dapat mengajukan konsep maupun teori serta asumsi-asumsi dasar, pernyataan-pernyataan yang kebenarannya masih harus menuntut pembuktian.
            Filsafat dan Teologi memiliki hubungan tetapi tidaklah sama. Teologi adalah pengetahuan adikodrati yang metodis (wahyu Allah) sementara Filsafat adalah pengalaman indrawi manusia termasuk pemikiran dan perenungannya. Ada kesamaan pendekatan filsafat dan teologi. Objek bahasan yang sama seperti: manusia, semesta, Tuhan, pendidikan, kebudayaan, dll. Tetapi titik tolak pembahasan dan cara kerja keduanya akan berbeda.
            Filsafat dapat lebih memperkaya pemikiran Teologi dan upaya berteologi. Demikian juga dalam berapologetika.  Dalam hal ini, Alkitab dapat kita jadikan pengertian, pengetahuan, dalam berfilsafat atau secara khusus memikirkan pendidikan.

 B. Pendidikan dan Penginjilan Anak
            Pendidikan merupakan usaha sadar tujuan untuk memperlengkapi individu maupun  kelompok agar mereka bertumbuh dengan baik menuju kedewasaan pribadi seutuhnya. Dalam wacana ini adalah pembahasan mengenai peranan pendidkan Kristen mengenai anak, terutama fondasi atau dasar dari pendidikan itu sendiri. Gereja mempunyai andil dan panggilan untuk membina generasi muda termasuk anak-anak, guna mempersiapkan mereka menjadi manusia berkualitas, mengasihi Allah dan sesamanya, serta bertanggungjawab sebagai mahluk sosio-kultural di dalam kehidupan sehari-hari.
            Alkitab mengajarkan bahwa pelayanan spiritual bagi anak sangatlah penting. Yesus menegaskan bahwa Allah disurga juga sangat mencintai anak-anak, seperti yang dikemukakanNya dalam perumpamaan “Domba yang Hilang” (Mat 18: 12-14). Dari segi pendidikan, penulis injil ingin menyatakan bahwa Tuhan Yesus senantiasa mempunyai waktu bagi anak-anak.
            Demikian juga dengan Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus menegaskan agar orang tua mendidik anak-anak mereka didalam ajaran dan nasehat Tuhan (Ef 6:4). Anak-anak sangatlah berharga dihadapan Allah. Oleh sebab itulah Orangtua, guru, pendeta, majelis gereja, dan guru sekolah minggu berkewajiban untuk mendidik anak didalam jalan dan ajaran Tuhan.
            Tugas pelayanan maupun pembinaan bagi anak-anak adalah dalam rangka membimbing mereka menjadi murid Kristus.  Pertumbuhan  moral dan perkembangan iman mereka hanya mungkin terjadi apabila Roh Kudus telah mendiami Mereka.

 C. Pendidik dan Spiritualitasnya
            Salah satu aspek dari kulitas pendidik yang sangat mendesak untuk dikembangkan pada masa kini adalah dalam segi spiritualitas. Tugas pendidikan pada hakekatnya merupakan tugas pembangunan, yakni membangun kualitas manusia seutuhnya. Panggilan pendidikan ini bukanlah perkara mudah karena banyak kendala yang siap menantang. Seorang pendidik harus memiliki tekad dan komitmen untuk dapat teguh dalam menghadapi setiap dinamika pendidikan.
            Sebelum terjun ke dalam lapangan pelayanannya, setiap guru umumnya telah lebih dahulu memperoleh perlengkapan pengetahuan Teologis dan segi-segi keguruan serta menjadi tanggungjawabnya untuk terus menerus meningkatkan mutu kerohaniannya di bawah bimbingan Allah.
            Spiritualitas berarti keadaan tidak berwujud material dari suatu substansi atau sebagai atribut dari mahluk spiritual. Spiritualitas berkaitan erat dengan hal-hal yang bersumber dari Tuhan yang menjadi bagian hidup dari manusia.
            Sumber daya rohani bagi setiap orang kristen adalah Yesus Kristus, yang dinyatakan oleh kehadiran dan kerja Roh-Nya yang kudus. Merupakan panggilan yang sangat mendasar bagi guru untuk terus-menerus memahami betapa dalamnya arti karya Yesus Kristus yang telah membebaskan manusia dari kuasa dosa dan maut. Roh Allah sajalah yang memberi Spiritualitas sejati dalam hidup seseorang. Namun Hal itu hanya dapat terjadi apabila ia membuka diri kepada Yesus Kristus, menerimanya sebagai Juru Selamat dan Penebus dosa pribadi.



 Tanggapan Positif
1.      Filsafat dan Teologi saling terkait dan berguna untuk mendukung dan memperkaya Pendidikan Agama Kristen, tidak hanya sebatas Teologi saja
2.      Kualitas dan Spiritulitas pendidik adalah penentu kualitas peserta didik sehingga pendidik adalah fondasi awal atau landasan dalam dunia pendidikan.

 Tanggapan Negatif
1.      Filsafat adalah suatu ilmu yang mempelajari berbagai sudut dan aspek kehidupan berdasarkan pemikiran manusia sehingga tidak jarang bertentangan dengan Teologi
2.      Dalam pendidikan Agama Kristen, Filsafat bukanlah suatu bahan yang pokok untuk dibahas, sebab Teologi adalah yang terutama


Pembimbing Untuk Pendidikan Agama Kristen




PEMBIMBING PAK
(Mardaup J)

 A.Hakekat Pendidikan Agama Kristen.
            Banyak istilah-istilah yang digunakan para Ahli untuk Disiplin  ilmu PAK. Seperti dalam Bahasa Inggris : Religious Education(Pendidikan Agama), Christian Religious Education (Pendidikan Agama Kristen), Christian Education(Pendidikan Kristen), Christian Nurture(Asuhan Kristen), Religion Instruction(Pengajaran Agamawi), Katekese,dll. Istilah-istilah ini lahir dengan latar belakang masing-masing dengan arti yang khas pula. Namun, setidaknya menunjuk pada satu maksud, yaitu tugas sebagai persekutuan iman untuk mendidik serta membina warganya maupun pihak lain sebagai tugas pelayanannya.
 1.Hakikat PAK
            Secara Etimologi, istilah pendidikan merupakan terjemahan dari “education”. Kata “Education” berasal dari Bahasa Latin “ducere” yang berarti membimbing(to lead), ditambah awalan “e” yang berarti keluar (out). Jadi, arti dasar dari pendidikan adalah: suatu tindakan untuk membimbing keluar. Thomas H. Groome mengatakan bahwa, ada beberapa dimensi penekanan, asumsi, dan perhatian yang terkandung di dalam konsep pendidikan sebagaimana ditunjukkan oleh arti etimologisnya. Tiga dimensi penekanan/waktu adalah tekanan tentang masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang. Tiga Asumsi dasar adalah asumsi dan perhatian terhadap masa lampau, asumsi dan perhatian terhadap masa kini, Asumsi dan perhatian terhadap masa yang akan datang ataupun masa depan.
            Disebut bahwasanya pendidikan adalah aktivitas politis. Menurut Groome, aktivitas politis adalah intervensi sengaja dan terstruktur dalam kehidupan orang lain dengan usaha untuk mempengaruhi bagaimana mereka(oranglain) menjalani hidupnya dalam masyarakat.Dalam Usaha mendidik, secara sadar atau tidak, ada intervensi atas kehidupan orang lain(peserta didik)  yang dapat mempengaruhi pola pikir dan sikap seseorang dalam menjalankan kehidupannya di tengah-tengah masyarakat.Dengan kata lain, guru sebenarnya sedang mempraktikkan/ menjalankan kekuasaan.
            Pendidikan sebagai suatu kegiatan sengaja, sistematis dan berkesinambungan. Jadi dalam pandangan ini pendidikan selalu mengasumsikan kesengajaan. Sering kita mendengar pandangan  bahwa semua pengalaman bersifat mendidik. Namun pernyataan tersebut tidaklah sepenuhnya benar.Pendidikan sebagai bimbingan kepada individu menuju pemahaman dari seni kehidupan. Hal ini memberi tekanan yang holistik terhadap manusia (manusia seutuhnya) yakni dengan mengartikan keseluruhan seni kehidupan.
            Keinginan manusia yang tetap adalah menuju kepada realisasi kemungkinan-kemungkinannya(potensi-potensinya). Apabila benar bahwa pendidikan secara mutlak adalah usaha untuk mencapai yang transenden dan suatu ekspresi dari keinginan manusia tersebut, maka semua pendidikan yang baik dapat disebut bersifat religius. Ada hal yang khas dalam pendidikan agama, yang memberinya fungsi yang khusus dalam hubungannya dengan pendidikan secara umum. Dalam hal arti dan konsepnya, David Tracy mengakui bahwa tidak ada satu defenisi tunggal yang secara universal disepakati mengenai fenomena manusia yang disebut agama tersebut, sehingga ada ahli yang mengusulkan kata agama dihilangkan saja, oleh karena kata itu membingungkan, tidak perlu dan menyesatkan.
            Kepelbagaian defenisi tentang agama disebabkan dua hal: (1) adanya tradisi agama yang bermacam-macam(berbeda-beda).(2) adanya disiplin akademik yang bermacam-macam yang berusaha memahami fenomena agama tersebut. Agama adalah suatu fenomena yang riil dan selalu hadir dalam sejarah peradaban manusia.Manusia pada dasarnya selalu mencari yang transenden(yang supranatural) dan secara teologis hal ini kita sebut “kesadaran religius” yakni kesadaran akan adanya sesuatu hal yang supranatural.
            Sejauh kita menyadari bahwa pendidikan itu jauh lebih luas dari usaha persekolahan dan bahwa pendidikan yang baik perlu mempertahankan pendekatan yang holistik terhadap manusia seutuhnya(kognitif, afektif, maupun psikomotorik) maka menyebut aktivitas kita sebagai pendidikan memberi keleluasaan atau kebebasan kepada kita untuk mengembangkan pendidikan itu dengan sejumlah literatur dan penelitian yang memadai.
            Bila dibandingkan dengan komunitas iman Kristen(gereja) yang melaksanakan pendidikan agamawi tersebut, tentu ada kekhasan dan perbedaannya dibandingkan dengan pendidikan agama yang dilakukan dari perseptif Islam. Praktisnya, jika itu dilakukan oleh gereja sebagai suatu persekutuan iman , maka kontent (isi) dari pendidikannya berdasarkan ajaran dan teologi gereja itu.
 B. TUJUAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN
            James D. Smart merumuskan tujuan akhir dari PAK dengan kata-kata sebagai berikut; “kita mengajar agar melalui pengajaran kita, Allah dapat bekerja di hati mereka yang diajar, untuk menjadikan mereka murid-murid yang meyakinkan baik dengan kata-kata maupun perbuatan ditengah-tengah dunia” Jadi tujuan akhirnya menjadikan peserta didik murid sejati, apapun arti dari ungkapan menjadi murid.
            Werner C.Graendorf mengatakan bahwa tujuan PAK adalah untuk membimbing individu-individu pada semua tingkat perkembangannya dengan cara pendidikan kontemporer menuju pengenalan serta pengalaman akan tujuan serta rencana Allah dalam Kristus melalui setiap aspek kehidupan dan juga untuk memperlengkapi mereka demi pelayanan yang efektif.
            Komisi PAK dari dewan Gereja-gereja di Indonesia pernah merumuskan tujuan akhir dari PAK: Mengajak, membantu, menghantar seseorang untuk mengenal kasih Allah yang Nyata dalam Kristus Yesus, sehingga dengan pimpinan Roh Kudus ia datang ke dalam suatu persekutuan yang hidup dengan Tuhan. Hal ini dinyatakan dalam kasihnya terhadap Allah dan sesamanya manusia, yang dihayati dalam hidupnya sehari-hari, baik dengan kata-kata maupun perbuatan selaku anggota tubuh kristus yang hidup.
  
 Tanggapan Positif
1.      Dengan Pembimbing PAK, kita mengetahui dan memahami bahwa pendidikan tidak semata-mata mengajar saja bagi pendidik, tapi pendidik juga belajar serta dengan anak-anak didiknya
2.      Tujuan PAK adalah menghantar seseorang untuk Mengenal Kasih Allah yang Nyata dalam Pribadi Yesus Kristus. Praktisnya, untuk membuat seseorang memiliki ahlak yang baik dalam hidupnya.
 Tanggapan Negatif
1.      Pendidikan sebagai proses politis, adalah sesuatu yang harus ditanggapi dengan tepat oleh para Guru/pendidik, sebab proses politis itu sengaja atau tidak seorang pendidik tentu menggunakan “kuasanya” dalam mendidik.