MIA-RANI
oleh: Mardaup J.
Berawal dari sebuah senyuman, aku melihatnya dalam cahaya senja ditemani panorama warna merah keemasan matahari di tepi pantai kala itu.
Hanya seorang gadis cantik dengan tatapannya yang tajam, penuh selidik dan rasa keingintahuan. Hanya seorang gadis dengan tatapan yang menyiratkan semangat yang penuh.
Sebatas keistimewaan pandangan tanggapanku tentangnya waktu itu,tetapi tanpa dugaan sang takdir juga mempertemukan kami di beberapa waktu kemudian. Keindahannya menjadikan ia pusat perhatian tepat di kelas pertamaku di sekolah lanjutan atas di sebuah kota yang dijuluki kota pendidikan. Dan yang tidak dapat kusangkal, semua mata tertuju padanya.Keajaiban Alam.
Saat itu dunia adalah keindahan milikku sendiri,seorang penyendiri. Langit biru yang cerah dan desauan angin yang menyejukkan hati dan didalam keheningan dapat kutemukan damai di tempat ini. Jiwa yang sepi,yang berdiam dalam kesendirian dan menikmati senandung dan nyanyian alam. Tetapi, justru jiwa yang kesepian inilah yang selalu diperhatikan olehnya, ditatap dengan penuh selidik dan seolah ingin tahu apa yang kupikirkan dan seperti biasanya juga aku selalu menghindar darinya, dari setiap pertanyaan. Cantik memang tapi Mengesalkan.
Semuanya berjalan begitu saja hingga akhirnya sang waktu mempertemukan kami di tempat yang berbeda. Mungkin pada saat itu aku harus berterimakasih pada waktu. Sewaktu tiba liburan,dengan kapal aku berangkat menuju Pulau di tengah danau yang disebut salah satu keajaiban dunia ini. Di pulau itu ada kakekku yang dengan kerinduannya telah menunggu kunjungan cucunya sejak lama. Mengingat masa kecilku di pulau ini, ada sebuah tempat yang ingin kukunjungi, tempat dimana Ayah dan Ibu bermain di masa muda mereka, ayah dan ibu menamainya Panatapan Holong, sebuah tempat dimana cinta mereka dipertemukan.
Sesampainya di sebuah pelabuhan kecil di pesisir pulau yang indah ini, Kakek yang telah di usia senja nya memelukku erat, rupanya tak sabar ia menunggu untuk melepas rindu, telah sejak lama ia menunggu. Sesampainya di rumah kami pun bercengkrama dan menceritakan banyak hal. Seperti aku , kakek juga kesepian, telah lama ia sendiri tetapi ia tidak pernah mau ikut dengan anak-anaknya yang telah sukses di rantau sebab kakek takut kehilangan semua kenangan dalam hidupnya.sebab di pulau inilah terukir panjang sejarah hidup dan kisah yang tak ingin kakek lupakan.
Keesokan harinya, pada pagi yang cerah dengan semangat aku melangkah menyusuri jalan setapak yang di kiri kanannya dipenuhi semak ilalang dan bunga-bunga liar menuju tempat itu "Panatapan" sebuah tempat pemandangan dibukit yang menghadap langsung ke danau yang luas di bawah sana, panorama yang sangat indah, disitulah Kisah cinta ayah dan ibuku dimulai. Dengan semangat aku melangkah di jalan yang mulai mendaki. Cuaca hari ini agak dingin dan berangin kencang, matahari juga belum menampakkan wajahnya.
Sesampainya disana, aku tetap terhipnotis dengan pesona alam yang ada dihadapanku walau sudah pernah aku ke tempat ini walau untuk waktu yang cukup lama. Lalu aku mengambil Notes dari saku jaket, ingin menulis sesuatu yang tiba-tiba terlintas di benakku. Sayup- sayup hembusan angin membawa gelombang nyanyian kecil merdu dan aku mencari sumber suara itu.
Ternyata yang ada disana adalah gadis itu, tak habis rasa terkejutku aku ingin menghindar tapi terlambat dia juga telah melihatku dan melambai memanggil-manggil namaku "Sunny, Sunny". Entah kenapa aku tidak dapat menghindar hingga kakiku tergerak melangkah mendekat padanya. Dengan senyumannya kami memulai percakapan kami. Baru aku tahu bahwa ibunya juga berasal dari pulau ini dan dia datang untuk liburan ke rumah pamannya. Ini ketiga kalinya pertemuan tak terduga ini pikirku. Pertama, Senja waktu itu di pantai danau, Kedua: ternyata ia kawan satu kelasku, Dan inilah pertemuan ketiga tak terduga:Dia juga berasal dari pulau ini atau tepatnya pulau ini adalah kampung kelahiran kami, ia juga lahir disini sama sepertiku.
Beginilah awalnya kisah ini. Kamipun jadi sering menghabiskan waktu bersama di pulau ini. Liburan waktu itu terasa begitu indah dengannya dan harus ku akui bahwa aku mulai terpesona dengan kecantikannya. Kami sering pergi bersama ke Panatapan, berenang di danau, atau memancing bersama pamannya juga kami sering memasak makanan spesial dirumah untuk kakek. Dan kami akan duduk dan mendengarkan kisah cinta kakek dimasa mudanya. Sesekali kami tertawa mendengar betapa lucunya ternyata seseorang pabila telah jatuh hati. Tiada terasa, kedekatan diantara kami kian semakin akrab.
Sepulang liburan, di sekolah kami semakin dekat dan selalu bersama, mungkin awalnya aku merasakan keindahan persahabatan tapi ternyata lebih dari itu, aku merasakan kehangatan di hatiku dan keinginanku untuk tetap selalu bersamanya dan takut kehilangannya membuat aku sadar bahwa aku telah jatuh hati padanya. Rasa yang tumbuh tanpa kusadari dan waktu membuktikannya seiring dengan senyumannya yang selalu terbayang, berpadu dalam hatiku, aku berjanji pada diriku untuk selalu menjaganya sepanjang perjalananku.
Seorang gadis yang telah mengubah hari-hariku dari kesendirian dan kesunyian menjadi hari-hari penuh senyuman, ia mengajak aku keluar dari duniaku.Waktu demi waktu bergulir dan hari demi hari berlalu. Hanya dengan tatapan mata kami saling tahu apa yang kami rasa , aku yakin itu .Dan dengan senyuman kami berbagi Bahagia.......
BERSAMBUNG
No comments:
Post a Comment