MIA-RANI
Kami menjalin sebuah relasi yang indah. Yahh, sebuah kisah yang indah antara hati kami "hati sunny dan hati Mia" .Namanya indah "Mia Rani" , nama yang membuat aku selalu bangun cepat pagi-pagi agar dapat berangkat sekolah bersamanya. Sepersekian detik bersamanya sangatlah berharga bagiku.Setiap harinya adalah kerinduan.
Pada liburan yang kesekian kalinya di tahun ketiga sekolah kami, aku dan Mia berangkat bersama menuju pulau itu.Pulau yang menjadi saksi dari kisah kami, kenangan-kenangan yang tak akan terlupakan diantara kami berdua. Udara dingin berhembus diatas perairan,Mia kedinginan dan menggenggam tanganku, wajahnya pucat dan badannya gemetar. Takut akan keadaannya akupun mendekapnya agar ia hangat. Dengan lembut ia mengucapkan trimakasih. Namun nada suaranya yang bergetar membuatku sangat khawatir.
Hujan deras turun mengiringi perjalanan kami, Mia semakin tersiksa dengan cuaca diatas kapal.Kulapisi tubuhnya dengan jaket dan kupererat pelukanku untuk menghangatkannya hingga akhirnya ia mulai merasa hangat dan gemetar tubuhnya berkurang meski agak menggigil. Sesampainya di pulau ia telah ditunggu paman dengan wajah yang begitu khawatir.
Hampir selama 2 minggu liburan itu ia tidak pernah keluar rumah dan komunikasi kami terputus. Dan selama itu pula aku tersiksa dengan rasa penasaran yang sangat karena sebelumnya tidak pernah begini. Hingga pada suatu pagi sabtu yang cerah ia datang mengetuk pintu, kulihat wajahnya pucat dan lemah, napasnya berat Yang mengejutkanku ,dengan kondisi seperti itu ia mengajakku ke panatapan holong tempat kami biasa menghabiskan hari-hari. Aku khawatir dan hendak mengajaknya pulang, ia sangat berkeras dan aku tak sanggup lagi menolak permintaanya.
Kugendong tubuh lemah Mia sepanjang perjalanan, sebab terlalu lemah kakinya untuk berjalan. Sepanjang perjalanan ia banyak berceloteh tentang kenangan dan kisah-kisah kami, mengenangkannya dari awal bertemu dan Mia menyatakan betapa ia sangat berbahagia mengenalku dalam hidupnya. Disaat itu, entah kenapa kesedihan menggerogoti hatiku bercampur dengan kekawatiran dengan keadaannya.
Sesampai disana, ia memaksakan diri untuk berjalan dan aku tak kuasa untuk menolak pintanya lagi. Mia pun berjalan dan membuka kantongan plastik yang sejak tadi telah dibawanya. Sembari menebarkan serbuk-serbuk yang mungkin bibit tumbuhan itu ia menyusuri dataran di pinggiran tebing, dengan sangat khawatir aku mengikutinya dari belakang, menjaga agar Mia jangan sampai terjatuh.
Sembari berjalan Mia bercerita alangkah indahnya ditahun-tahun mendatang jika tebing panatapan ini dipenuhi dengan bunga-bunga yang mekar dan warna-warna nya yang indah.Lalu disaat matahari mulai terik, Mia terjatuh pingsan.Darah menetes dari hidungnya. sambil menangis dan panik aku menggendongnya pulang. Sesampainya di rumah Pamannya telah menunggu dengan penuh kemarahan. Sebuah tamparan bersarang dipipiku.
Disaat itulah akhirnya aku tahu, bahwa gadis yang telah kucintai selama ini menyembunyikan dengan rapat semua sakit dan derita yang ditanggungnya dariku dan dengan naifnya selama ini aku berpikir bahwa aku tahu semua tentang Mia.Bersembunyi dibalik keceriaan dan sifatnya itu,memikirkannya membuat aku merasa remuk dan aku merasa kehilangan arah saat aku tahu bahwa aku akan kehilangan Mia.
Di rumah sakit, aku menungguinya bersama ayah bunda Mia yang begitu terpukul dengan keadaan putri satu-satunya. Masa inilah yang selalu menjadi ingatan yang berkepanjangan dalam hidupku. Aku tidak ingin menangis sebab aku harus kuat untuk menguatkannya tetapi kesedihan ini membuatku tak mampu bertahan hingga aku pergi ke tempat tersembunyi dan menangis meraung-raung disana.
Suatu waktu disaat Mia menangis dan meronta karena rasa sakit yang begitu menyiksanya, disaat dokter menanganinya tanpa ku sadari air mata menggenang dari pelupuk mataku, aku merasa sesak.Kembali aku tak kuat dan memalingkan wajah dan berlalu dari ruangan itu. Aku tak sanggup. Kala kondisinya tenang ia memanggilku bicara empat mata diruangannya "Mia tersiksa, Mia lelah, Mia ingin pergi". Itu yang Mia katakan disaat aku belum siap melepasnya.
BERSAMBUNG
No comments:
Post a Comment