1.
Pendahuluan
Setiap agama-agama memiliki
pandangan yang berbeda-beda dalam setiap hal. Di dalam tulisan ini terpadat
pandangan-pandangan roh menurut agama-agama. Roh secara umum diartikan sebagai sesuatu
yang hidup yang tidak berbadan jasmani yang berakal budi dan berperasaan.[1] Tetapi
pemahaman ini tidaklah untuk semua orang dan semua agama. Pemahaman tentang Roh
dipengaruhi bagaimana pengalaman mereka tentang roh itu. Maka di bawah ini akan
dijelaskan bagaimana pandangan agama-agama tentang Roh itu.
2.
Isi
2.1. Roh Dalam Pandangan Islam
Menurut pandangan Islam, Roh
disebut dengan Sang Nabi Suci. Agama Muslim mengetahui bahwa setiap nabi yang
benar dari Allah adalah suci dan tanpa dosa. Roh yang digunakan disini
dikatakan sebagai nabi. Roh yang benar adalah nabi yang benar, roh yang salah
adalah nabi yang salah. Penyebutan Roh Allah diakui oleh agama Islam yang
disebut dengan Ruhullah. Roh yang
baik yang dikatakan oleh agama islam sebagai nabi yang baik adalah yang
menjalani seluruh hidupnya dengan begitu terhormat dan tekun, yang telah
mendapat gelar mulia as-saasdiq (orang
yang jujur) dan Al amin “jujur” lurus” dapat dipercaya, bahkan daripada para
penyembah berhala di negara itu, maka mereka juga mengatakan bahwa Muhammad
adalah penjelmaan dari kebenaran Al-amin yang
disebut juga dengan Roh Kebenaran.[2]
Roh (Ar.:ar-ruah
yaitu angin, nafas). Roh menurut agama Islam adalah zat murni yang tinggi,
hidup, dan hakikatnya berbeda dengan tubuh. Roh tidak dapat menyelusup ke dalam
kedalam tubuh, tidak larut dan tidak terpecah-pecah yang diberi kepada tubuh
atau yang memberi kehidupan pada tubuh selama tubuh itu mampu menerimanya. Roh
dala Al- Qur’an juga dikaitkan dengan malaikat dan wahyu. Roh juga mempunyai
pengertian yang sama dengan kata an-nafs yang
diartikan dengan jiwa. Hal ini mengartikan bahwa roh mempunyai pengertian yang
sama dengan an-nafs, hanya
perbedaannya terletak pada penggunaannya.[3]
An-nafs ini juga dibagi
menjadi tiga macam yaitu jiwa nabatiyang artinya kesempurnaan awal bagi benda
alami yang hidup dari segala makan, tumbuh dan berkembang. Jiwa hewani yaitu
kesempurnaan awal bagi benda alami yang hidup dari segi mengetahui hal-hal yang
kecil dan bergerak dengan kehendak. Jiwa insani yaitu kesempurnaan awal bagi
benda yang hidup dari segi melakukan perbuatan dengan potensi akal dan pikiran
serta dari segi mengetahui hal-hal yang bersifat umum. Jiwa insani ini jugalah
yang dinamakan dengan Roh. Sebelum masuk dan berhubungan dengan tubuh disebut
dengan Roh,sedangkan setelah masuk ke dalam tubuh disebut nafs.[4]
Roh juga
dipahami sebagai sumber kehidupan dan sumber moral yang baik. Roh juga sesuatu
yang halus, bersih dan bebas dari pengaruh hawa nafsu yang merupakan rahasia
Allah SWT. Roh juga dibagi dalam 2 bagian yaitu roh hewani yang diartikan
dengan jauhar yang halus yang terdapat pada rongga hati jasmani yang merupakan
sumber kehidupan, perasaan,gerak, dan penglihatan yang dihubungkan dengan
anggota tubuh. Agama Islam juga memahami bahwa hubungan roh dengan jasad
mengatakan bahwa jiwa atau roh merupakan bentuk bagi jasad di satu pihak dan
jauhar rohani dipihak lain. Roh selalu bekerja melalui jasad dan jasad
membentuk sasaran Roh. Roh atau jiwa tidak akan ada jika jasad tidak bersedia
menerimanya. Hubungan Roh dengan jasad merupakan hubungan yang saling
mempengaruhi. Pada umumnya juga para filsuf Islam mengakui adanya kekekalan
roh.[5]
Dalam agama
Islam juga dipahami adanya Rohulkudus
(ruh al-qudus) yang artinya roh suci.
Menurut agama Islam Rohulkudus diberikan Allah SWT untuk mengatur mahluk,
menemui orang-orang tertentu untuk menyampaikan pesan dari Allah SWT yang
membantu mengokohkan iman manusia dan menyampaikan berita-berita baik lainnya.
Rohulkudus memiliki tugas-tugas sebagai berikut:
-
Bertugas menyampaikan
wahyu kepada Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam firman-Nya. Rohulkudus yang
dipahami di sini adalah Jibril.
-
Rohulkudus diutus oleh
Allah SWT kepada Nabi Isa AS sebagai bukti kebenaran (mukjizat)-Nya,
sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an.
-
Menemui orang-orang
tertentu sesuai dengan kehendak Allah SWT, sebagai firman-Nya.
-
Rohulkudus menemui
Tuhan pada saat-saat tertentu, sebagaimana firman-Nya.
-
Rohulkudus adalah
Malaikat Jibril dan termasuk mahluk ciptaan Allah SWT yang diciptakan-Nya sebelum penciptaan
makhluk lainnya.[6]
2.2. Roh Dalam Pandangan Hindu
Dalam agama
Hindu Roh dipahami bahwa mahluk hidup sudah diuraikan sebagai roh yang tidak
bersifat material yang sanggup mengangkat dirinyasampai keinsafan diri dengan
berbagai jenis Yoga. Roh dipahami sebagai roh yang utama yaitu bentuk Tuhan
yang bersemayam di dalam hati. Sehingga agama hindu memahami bahwa kebenaran
yang paling utama dan kekuatan yang memelihara segala sesuatu baik material
maupun rohani itulah roh yang utama. Krisna dikatakan sebagai Roh yang utama
yang bersemayam di dalam hati semua orang. Tidak ada perbedaan diantara Roh-Roh
Yang Utama yang jumlahnya tidak terhingga yang bersemayam di dalam hati para
mahluk yang jumlahnya tidak dapat dihitung. Di dalam pemahaman agama Hindu
juga, bahwa ada Roh yang individual yang menumpang di dalam kereta badan
jasmani, yang dikendalikan oleh pikiran. Roh ini menikmati dan mengalami
penderitaan sesuai dengan pengendalian oleh pemikiran, dan indria-indria.
Mereka memahami bahwa Roh berkaitan dengan hal rohaniah. Demikian juga dengan
kelahiran-kematian, usia tua dan penyakit mempengaruhi badan rohani yang lain,
tetapi bagian roh yaitu badan rohani tidak dipengaruhi. Badan rohani yang
merupakan roh tidak mengalami kelahiran, kematian, usia tua maupun penyakit.
Dengan memiliki badan rohani yang menjadi Rekan Keprsibadian Tuhan Yang Mahaesa
dengan sungguh-sungguh maka akan mencapai kebebasan. “Aham brahmasmi”yang artinya diriku adalah roh. Seseorang dikatakan
hendaknya mengerti bahwa dirinya adalah Brahman atau Roh.[7]
Dalam
penghayatan agama Hindu, muncul bentuk upacara-upacara harian yang dilaksanakan
di tempat-tempat yang berkaitan dengan kehidupan manusia sehari-hari. Tradisi
ini merupakan hal terpenting terutama di dalam masyarakat Bali yang beragama
Hindu. Tradisi mereka sangat mementingkan keseimbangan roh jahat (adharma)dan
roh baik (dharma). Untuk menyeimbangkan ini di buatlah upacara sesajen.[8]
Dalam hukum
karma universal yang terdapat di dalam agama Hindu, hal itu tidak dapat di
pahami dalam pengertian dimensi fisik, seperti malaikat. Sesuai dengan
pemahaman ini juga bahwa roh juga
dapat memberi karma tambahan dengan cara mengikuti kejahatan. Karena roh-roh
tersebut memilih untuk tetap tinggal di bumi, mereka mempunyai energi yang bisa
untuk saling ketertarikan, atau kekuatan-kekuatan kelemahan.[9]
2.3. Roh Dalam Pandangan Agama Weda Purba
Menurut
kitab-kitab Weda Samhita ada dua golongan zat hidup, yang kedudukannya lebih
tinggi daripada manusia yakni dewa-dewa yang bersikap murah terhadap manusia
dan berkenaan menerima pujaan manusia, dan para roh jahat yang bersikap
memusihi manusia yang harus dilawan oleh manusia dengan pertologan para dewata
dengan upacar-upacar keagamaan. Ada dua golongan roh jahat menurut agama Weda
Purba yaitu roh jahat yang tinggi martabatnya dan roh inilah yang menjadi musuh
para dewa. Contohnya adalah Wrta yang merupakan musuh dari dewa Indra, yaitu
roh yang menguasai musim kemarau. Kemudian roh jahat tang tergolong rendah
martabatanya adalah Raksa yang sering menampakkan diri sebagai binatang atau
sebagai manusia ayang memakan daging mentah atau jenajah.[10]
2.4. Roh Menurut Agama Buddha
Menurut
pemahaman agama Buddha, ada yang dinamakan dengan roh jahat. Roh jahat yang dimaksudkan di sini adalah yang
merintangi usaha Siddharta ketika dia sedang berusaha dengan sekerasnya
mendapatkan pencerahan yang sempurna. Maka iblis menyuruh roh jahat tersebut untuk mengganggu. Dalam pemahamannya di sini
berarti roh jahat merupakan suruhan si iblis, yang menjelma dengan wujud yang
berbeda-beda.[11]
Pemahaman
tentang roh juga dalam agama Buddha ialah kaitannya dengan kehidupan manusia
dengan indera-indera yang ada padanya. Semua indera ini terkait dengan dari
pada roh dan benda atau keadaan batin dan lahir (namarupa), roh dan benda bergantung dari pada kesadaran (wijnana).[12]
2.5. Roh Dalam Pemahaman Agama Kristen
Menurut pemahaman agama Kristen, dalam
Perjanjian Lama kata roh diterjemahkan dari
kata ruakh yang berarti roh atau nafas. Nafas atau kehidupan bersifat
kekal yang diberikan oleh Allah sebagai yang maha kuasa atas seluruh ciptaan
dan roh tidak dapat dikontrol oleh manusia.[13] Dalam kehidupan orang Yahudi, Roh (ruakh)
dipahami sebagai bagian dari Allah. Dalam perjalanan sejarah dunia, mulai dari
penciptaan, Roh turut ambil bagian dalam penciptaan (Kej. 1:2). Hal tersebut
menandakan bahwa Roh adalah Allah. Dalam hubungannya dengan karya penyelamatan
terhadap manusia, Roh hanya hadir dan melakukan karya dalam diri orang-orang
tertentu, misalnya kepada nabi-nabi dan raja-raja yang memimpin Isreal
(Bilangan 11: 25; 1 Samuel 10:10; 16:13;18). Roh Allah hinggap pada diri orang
tertentu seperti Musa untuk menuntun umat keluar dari perbudakan. Namun Roh Allah
ini juga tidak tetap pada diri orang tertentu dan bisa keluar (1 Samuel 10:13).
Dari dua bahasa yaitu ruakh (bahasa
Ibrani) dan pneuma (bahasa Yunani), maka Roh Kudus dapat
dirumuskan sebagai Allah yang bertindak. Dari kedua bahasa ini “Roh”
mula-mula dan pertama-tama berarti “angin” atau “badai”. Kemudian pengertian
ini beralih menjadi “gerakan udara” yang disebabkan oleh nafas. Pada
perkembangan berikutnya, gerakan tadi dipahami sebagai asas atau prinsip
kehidupan atau daya hidup (vitalitas). Dengan itu roh berarti Allah yang
mempunyai daya hidup dan yang mengaruniakan kepada mahlukNya. Dengan kata lain,
Roh Kudus sepenuhnya adalah Allah, dan bahwa dalam setiap jenis tindakan Allah
kita berhadapan dengan Allah yang esa dan yang sama.[14]
2.6. Roh Menurut Kepercayaan
Orang Batak
Dalam
agama Batak Kuno Toba, immanen dewa
yang tinggi dicerminkan oleh silsilah kehidupan orang Batak yang dilihat
sebagai keberadaan alam semesta yaitu lambang kreatifitas yang sudah
ditakdirkan Tuhan. Kekuasaan, penghakiman dari dewa tertinggi menyebabkan
berbagai kehidupan yang dinamis. Peran penting dimainkan oleh peran Debata Na Tolu yang merupakan
keterlibatan dari Mula Jadi Na Bolon.
Sifat imanennya dicerminkan melalui tondi (roh). Setiap individu
mempunyi tondi. Suatu misteri yang paling dalam mengenai tondi adalah dalam
upacara agama dan pemujaan terhadap dewa. Tondi tidak dapat terpisah dari hidup
manusia. Tondi adalah yang mengendalikan manusia baik dalam keadaan sakit, baik
dalam keadaan sehat dan juga dalam setiap kehidupannya[15].
Tondi orang-orang hidup, orang-orang meninggal
dan mereka yang akan lahir adalah bersama dewata tertinggi melalui pancaran
kuasa Mula Jadi Na Bolon terhadap Batara Guru sebagai “pandapotan
ni tondi”, berada dalam semua mahluk. Melalui Batara Guru sebagai sumber roh manusia, melekat dengan segala
sesuatu atau hadir di segala tempat.[16]
Pribahasa batak mengatakan “yang hidup
memiliki roh dan yang mati memiliki sahala”. Dari kedua bagian itu dapat kita
lihat:
- roh yang hidup ialah roh yang hidup di bumi, dan dia dapat dilihat
- roh sahala ialah roh yang hidup ketika mati hadewataon, dan itu tidak nampak.
Roh yang hidup dalam kebudayaan batak adalah
roh manusia, roh raja, roh orang miskin, roh padi, roh rumah, roh hula-hula,
roh ni boru, dll. Dan roh sahala “roh yang mulia” dalam kebudayaan batak yaitu
sahala orang tua yang meninggal, sahala ni ompung yang meninggal. Roh itu dapat
hidup jika dilakukan upacara/ adat batak, misalnya roh debata dari adat hadewataon,
roh manusia dari adat kemanusiaan, roh hula-hula dari adat parhula-hulaon, dll.
Karena dipercaya dalam upacara adat itulah hidup roh-roh itu. Jadi di upacara
adat itulah hidup roh dan sahala. Sahala tidak dapat dilihat dari mata fisik
melainkan dari mata nurani. Sahal dapat terus hidup dan mulia apabila dilakukan penyembahan terus
menerus kepada arwah nenek moyang itu. Bagi orang batak orang yang hidup dalah
orang yang memiliki roh. Adat batak mempercayai “martondi na mangolu, marsahala
naung mate, asa molo martondi na mangolu di tano on dina tinanda dohot na niida
di adat hajolmaon, laos songon I do marsahala naung mate mangolu di adat
hadewataon, ala tondi do mambahen mangolu, sahala do mambahen simangot manang
marsimangot”. Bagi orang batak ada juga hata na marsimangot yaitu perkataan
yang berisi ajaran-ajaran yang baik dan berbuah dari roh nenek moyang.
Perkataan yang menghasilkan buah itulah perkataan yang benar dan yang memikili
sahala.
[1] Lih. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan Balai Pustaka, 1995. hlm. 845.
[2] Lih. Ahmed Deedat, The Choice
(Dialog Islam Kristen), Pustaka AL- Kautsar 1994: hlm. 60-62.
[3] Lih. Roh, dalam Ensiklopedi
Islam 4 (Nah- Sya), Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta 1994: hlm. 174.
[4] Hal. Roh, dalam Ensiklopedia
Islam 4 (Nah-Sya): hlm. 174.
[5] Hal. Roh, dalam Ensiklopedia
Islam 4 (Nah-Sya): hlm. 175.
[6] Hal. Rohulkudus, dalam Ensiklopedia
Islam 4 (Nah-Sya): hlm. 178.
[7] Lih. Sri Srimad A.C Bhaktivedanta Swami Prabhupada, Bhagavad- Gita (Menurut Aslinya),
Hanuman Sakti, Jakarta 2000: hlm. 363-410.
[8] Lih. Herkulanu Entangai, Pendidikan
Agama Katolik (Dewasa Dalam Komunikasi Iman), Grasindo: dalam Google Book.
[9] Lih. Gary Zukav, The Seat Of
The Soul (Visi Baru Tentang Takdir
Manusia), Pustaka Alpabet, Jakarta 2006: hlm. 186.
[10] Lih. Harun Hadiwijono, Agama Hindu
dan Buddha, BPK Gunung Mulia, Jakarta 1994: hlm. 18-19.
[11] Lih. Harun Hadiwijono, Agama
Hindu dan Buddha: hlm. 62.
[12] Lih. Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan Buddha: hlm. 68.
[13] Bnd. Roh
Kudus adalah Roh Allah, Roh kebenaran, Roh Tuhan, Roh Yesus, Roh penghibur.
Roh Kudus dilambangkan dengan nafas, angin, merpati, jari Allah, api.
Kepelbagaian yang menggambarkan Roh Kudus tersebut membantu untuk menerangkan
identitas dan kerja Roh. Pemberitaan PL menerangkan Roh Kudus sebagai suatu
aktivitas yang impersonal, tidak berpribadi. Namun Allah hadir secara pribadi
dan berkuasa melalui RohNya. Alkitab memuat adanya adanya gerakan dalam
pekerjaan Roh Kudus dari yang eksternal ke yang internal, dari yang lahiriah ke yang batiniah, dan dari penerapan
atas “keadaan” ke penerapan atas “watak”. Ihwal yang ragawi dan amoral menuju
ke yang rohani dan moral dalam buku J. D. Douglas, Roh Kudus, Ensiklopedia
Masa Kini Jilid II, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 1995), hlm.
318.
[14]Lih. Nazarius Rumpak, Masa Roh Kudus dan Kasih Karunia,
BPK Gunung Mulia, Jakarta 2001: hlm. 13.
[15] Lih. Anicetus
B. Sinaga, The Toba Batak High God Transendence and Immanence, (St.
Augustin West Germany, Antropos Institue, vol 38): hal. 107.
[16] Lih. Darwin
Lumban Tobing, “Gerak Jiwa dan Tortor Batak Pada Pesta Gereja”, (Dalam
Pemikiran Tentang Batak Jubileum 125 tahun HKBP), disunting B.A. Simanjuntak, universitas
HKBP Nomensen, Medan 1998: hal. 136.
No comments:
Post a Comment