Saturday, November 26, 2016

Puisi Nusantara



TERIK
Kerikil kering di ujung jalan
Aroma tanah terbakar tanda gersang kehidupan
Jalan setapak berdebu memedihkan mata
Terik
Lihatlah, manusia-manusia
Merenung dan berpikir sedalam samudera
Tetapi berjalan di panas padang gurun
Begitu terik
Nestapa adalah kehidupan
 Bangsa-bangsa yang hidup dengan memeras keringat
Terpenjara nista dari janji cinta
Yang tak kunjung tergenapi
Alangkah Teriknya
Melangkah, ataupun berlari
Ternyata sama saja
Karena terik yang mematikan
Terik Panas yang di hidupkan
Oleh karya-karya Tirani
Disinilah mereka menemukan
Harapan hanya sebatas mimpi yang kering

Chairil Sastra,27 November 2016

1 comment: