Nama : Bincardo Mares
Situmorang
Nim : 14. 2876
Dosen :
Pdt. E. S. Simanjuntak, M.Th
“ NINIWE “
Salah satu kota
terbesar dahulu kala ketika bangsa Israel terbagi-bagi ialah Niniwe, ibu kota
kerajaan Asyur. Dibangun di atas tepi sungai Tigris yang subur tidak lama
setelah berpencarnya manusia dari menara Babel, kota itu maju dengan pesat
berabad-abad lamanya sehingga kota itu telah menjadi "sebuah kota yang
mengagumkan besarnya, tiga hari perjalanan luasnya." Yunus 3:3.
Sejalan
dengan masa kejayaannya, Niniwe merupakan pusat tindak pidana dan kejahatan.
Ilham menggambarkan kota itu sebagai "kota penumpah darah, seluruhnya
dusta belaka, penuh dengan perampasan." Dalam bahasa kiasan nabi Nahum
membandingkan orang-orang Niniwe dengan seekor singa ganas yang buas.
"Kepada siapakah," tanyanya, "tidak tertimpa perbuatan jahatmu
terus menerus?" Nahum 3:1, 19.
Namun,
walaupun Niniwe telah menjadi jahat, tidak seluruhnya dibiarkan dalam
kejahatan. Ia yang "melihat semua anak manusia" (Mazmur 33:13) dan
"melihat segala sesuatu yang berharga" (Ayub 28:10) merasa di dalam
kota itu banyak orang yang sedang mencari sesuatu yang lebih baik dan lebih
tinggi, dan jika sekiranya diberi kesempatan hendak belajar tentang Allah yang
hidup, akan menyingkirkan perbuatannya yang jahat lalu berbakti pada-Nya. Maka
begitulah di dalam kebijaksanaan-Nya Allah menyatakan diri-Nya sendiri kepada
mereka dengan cara yang tidak dapat salah, memimpin mereka dengan kemungkinan
sampai bertobat.
Alat yang
dipilih untuk pekerjaan ini ialah nabi Yunus, anak Amitai, Datanglah Firman
Tuhan kepadanya, "Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota yang besar itu,
berserulah terhadap mereka, karena kejahatannya telah sampai kepadaku."
Yunus 1:1, 2.
Ketika nabi
itu memikirkan kesulitan-kesulitan dan tampaknya pekerjaan ini mustahil, maka
ia tergoda dengan merasa tidak yakin akan kebijaksanaan panggilan itu. Dari
segi pandangan manusia tampaknya seakan-akan tidak ada yang dapat dicapai
dengan memberitakan pekabaran tersebut di dalam kota yang sombong itu. Untuk sesaat
lamanya ia lupa bahwa Allah yang disembahnya sangat bijaksana dan sangat
berkuasa. Sementara ia ragu-ragu dalam kebimbangan, Setan merasuknya dengan
keputusasaan. Nabi itu diserang dengan perasaan takut, dan ia "bersiap
untuk melarikan diri ke Tarsis." Ia pergi ke Yafo dan mendapati di sana
sebuah kapal yang akan berangkat, "ia membayar biaya perjalanan, lalu naik
kapal itu berlayar bersama-sama dengan mereka." Ayat 3.
Dengan pekerjaan yang diberikan
kepadanya, Yunus telah diberi kepercayaan untuk memikul tanggung jawab yang
berat; namun Ia yang menyuruh pergi itu, sanggup menolong hamba-Nya dan
mengaruniakan sukses kepadanya. Sekiranya nabi itu menurut dengan tidak
ragu-ragu, ia mungkin akan mengalami banyak pengalaman pahit, tetapi akan
mendapat berkat yang limpah. Namun, pada saat Yunus putus asa Tuhan tidak
meninggalkannya. Melalui serentetan kesulitan dan jaminan yang luar biasa,
keyakinan nabi itu pada Allah dan pada kuasa-Nya yang tidak terbatas untuk
menyelamatkan dihidupkan kembali.
Jika sekiranya ketika
panggilan mula-mula datang kepadanya, Yunus meluangkan waktu untuk berpikir
dengan tenang, maka ia seharusnya memaklumi betapa bodohnya setiap usaha yang
dilakukannya untuk menghindarkan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
Tetapi ia tidak dibiarkan lama-lama dengan bebas meneruskan pelariannya yang
gila itu. "Tuhan menurunkan angin ribut ke laut, lalu terjadilah badai
besar, sehingga kapal itu hampir-hampir terpukul hancur. Awak kapal menjadi
takut, masing-masing berteriak-teriak kepada allahnya, dan mereka membuang ke
dalam laut segala isi kapal itu untuk meringankannya. Tetapi Yunus telah turun
ke dalam ruang kapal yang paling bawah dan berbaring di situ, lalu tertidur
dengan nyenyak." Ayat 4, 5.
Sementara awak kapal
berseru-seru kepada Allah kafir mereka untuk meminta pertolongan nakoda kapal
itu yang merasa dalam bahaya yang tidak terperikan, menemukan Yunus dan
berkata, "Bagaimana mungkin engkau tidur begitu nyenyak? Bangunlah,
berserulah kepada Allahmu, barangkali Allah itu akan mengindahkan kita,
sehingga kita tidak binasa." Ayat 6.
Tetapi doa orang yang menyeleweng dari jalan kewajiban tidak akan menolong. Terkesan dengan pemikiran bahwa keganasan hebat angin ribut itu merupakan tanda amaran Allah-Allah mereka, akhirnya mereka mengusulkan untuk membuang undi, "supaya kita mengetahui," kata mereka, "karena siapa kita ditimpa oleh malapetaka ini." Mereka membuang undi dan Yunuslah yang kena. Berkatalah mereka kepadanya, Beritahukan kepada kami, karena siapa kita ditimpa oleh malapetaka ini. Apa pekerjaanmu dan dari mana engkau datang, apa negerimu dan dari bangsa manakah engkau?
Tetapi doa orang yang menyeleweng dari jalan kewajiban tidak akan menolong. Terkesan dengan pemikiran bahwa keganasan hebat angin ribut itu merupakan tanda amaran Allah-Allah mereka, akhirnya mereka mengusulkan untuk membuang undi, "supaya kita mengetahui," kata mereka, "karena siapa kita ditimpa oleh malapetaka ini." Mereka membuang undi dan Yunuslah yang kena. Berkatalah mereka kepadanya, Beritahukan kepada kami, karena siapa kita ditimpa oleh malapetaka ini. Apa pekerjaanmu dan dari mana engkau datang, apa negerimu dan dari bangsa manakah engkau?
"Sahutnya kepada mereka,
Aku seorang Ibrani; aku takut akan Tuhan, Allah yang empunya langit, yang telah
menjadikan lautan dan daratan. "Orang-orang itu menjadi sangat takut, lalu
berkata kepadanya, Apa yang telah kau perbuat?--sebab orang-orang itu
mengetahui, bahwa ia melarikan diri, jauh dari hadapan Tuhan. Hal itu telah
diberitahukannya kepada mereka.
"Bertanyalah mereka, Akan
kami apakan engkau, supaya laut menjadi reda dan tidak menyerang kami lagi,
sebab laut semakin bergelora. Sahutnya kepada mereka, Angkatlah aku,
campakkanlah ke dalam laut, maka laut akan menjadi reda dan tidak menyerang
kamu lagi. Sebab aku tahu, bahwa karena akulah badai besar ini menyerang kamu.
"Lalu berdayunglah
orang-orang itu dengan sekuat tenaga untuk membawa kapal itu kembali ke darat,
tetapi mereka tidak sanggup, sebab laut semakin bergelora menyerang mereka.
Lalu berserulah mereka kepada Tuhan katanya, Ya Tuhan, janganlah kiranya Engkau
biarkan kami binasa karena orang ini dan janganlah Engkau tanggungkan kepada
kami darah orang yang tidak bersalah, sebab Engkau, Tuhan, telah berbuat
seperti yang Kau kehendaki. Kemudian mereka mengangkat Yunus, lalu
mencampakkannya ke dalam laut, dan laut berhenti mengamuk. Orang-orang itu
menjadi sangat takut kepada Tuhan, lalu mempersembahkan korban sembelihan bagi
Tuhan serta mengikrarkan nazar;
"Maka
atas penentuan Tuhan datanglah seekor ikan besar yang menelan Yunus. Dan Yunus
tinggal di dalam perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya. "Berdoalah
Yunus kepada Tuhan, Allahnya, dari dalam perut ikan itu, katanya:
"Dalam kesusahanku aku berseru kepada Tuhan,
Dan Ia menjawab aku,
Dari tengah-tengah dunia orang mati aku berteriak,
Dan Kau dengarkan suaraku.
"Telah kau lemparkan aku ke tempat yang dalam,
Ke pusat lautan,
lalu aku terangkum oleh arus air;
Segala gelora dan gelombang-Mu melingkupi aku.
Ke pusat lautan,
lalu aku terangkum oleh arus air;
Segala gelora dan gelombang-Mu melingkupi aku.
"Dan aku berkata, telah terusir aku dari hadapan Mata-Mu;
Mungkinkah aku memandang lagi bait-Mu yang kudus?
Segala air telah mengepung aku,
Mengancam nyawaku.
"Samudera raya merangkum aku,Mungkinkah aku memandang lagi bait-Mu yang kudus?
Segala air telah mengepung aku,
Mengancam nyawaku.
Lumut lautan membelit kepalaku di dasar gunung-gunung.
Aku tenggelam ke dasar bumi;
Pintunya terpalang di belakangku untuk selama-lamanya:
"Ketika itulah Engkau naikkan nyawaku dari dalam liang kubur,
Ya Tuhan, Allahku.
Ketika jiwaku letih lesu di dalam aku,
Teringatlah aku kepada Tuhan,
Dan sampailah doaku kepada-Mu,
Ke dalam bait-Mu yang kudus.
"Mereka yang berpegang teguh pada berhala kesia-siaan,
Merekalah yang meninggalkan Dia.
Yang mengasihi mereka dengan setia.
Tetapi aku, dengan ucapan syukur
Akan kupersembahkan korban kepada-Mu;
Apa yang kunazarkan akan kubayar.
Keselamatan adalah dari Tuhan."
Ayat 7 sampai 2:9.
Pada akhirnya Yunus mengetahui
bahwa "keselamatan adalah dari Tuhan." Mazmur 3:8. Dengan penyesalan
dan pengakuan terhadap anugerah Allah yang menyelamatkan, datanglah kelepasan.
Yunus dilepaskan dari kebinasaan yang sangat dalam dan telah didamparkan ke
atas daratan yang kering.
Sekali lagi hamba Allah itu
ditugaskan memberi amaran kepada Niniwe. "Datanglah Firman Tuhan kepada
Yunus untuk kedua kalinya, demikian, Bangunlah, pergilah ke Niniwe, kota besar
itu, dan sampaikanlah kepadanya seruan yang Kufirmankan kepadamu." Kali
ini ia tidak bertanya-tanya atau ragu-ragu lagi, tetapi menurut dengan tidak
bimbang. "Bersiaplah Yunus, lalu pergi ke Niniwe, sesuai dengan Firman
Allah." Yunus 3:1-3.
Ketika Yunus memasuki kota
itu, dengan segera ia mulai "menyerukan" pekabaran terhadap kota itu,
"Empatpuluh lima hari lagi, maka Niniwe akan ditunggangbalikkan."
Ayat 4. Dari jalan ke jalan ia berkeliling menyerukan berita amaran.
Pekabaran itu tidaklah
sia-sia. Seruan yang bergema di sepanjang jalan-jalan kota yang tidak mengenal
Allah itu berlalu dari bibir ke bibir sampai semua penduduknya telah mendengar
pengumuman yang mengejutkan itu. Roh Allah menekankan pekabaran itu ke rumah
sampai kepada setiap hati dan menyebabkan orang banyak gemetar oleh karena dosa
mereka dan bertobat dengan penyesalan yang mendalam.
"Orang Niniwe percaya
kepada Allah, lalu mereka mengumumkan puasa dan mereka, baik orang dewasa
maupun anak-anak, mengenakan kain kabung. Setelah sampai kabar itu kepada raja
kota Niniwe, turunlah ia dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya,
diselubungkannya kain kabung, lalu duduklah ia di abu. Lalu atas perintah raja
dan para pembesarnya orang memaklumkan dan mengatakan di Niniwe demikian:
Manusia dan ternak, lembu sapi dan kambing domba tidak boleh makan apa-apa,
tidak boleh makan rumput dan tidak boleh minum air. Haruslah semuanya, manusia
dan ternak, berselubung kain kabung dan berseru dengan keras kepada Allah serta
haruslah masing-masing berbalik dari tingkah lakunya yang jahat dan dari
kekerasan yang dilakukannya. Siapa tahu mungkin Allah akan berbalik dan
menyesal serta berpaling dari murka-Nya yang menyala-nyala itu, sehingga tidak
binasa?" Ayat 5-9.
Ketika raja dan para pembesar,
bersama-sama dengan rakyat biasa, yang terpandang dan yang rendah,
"bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus" (Matius 12:41) dan
bersatu dalam berseru kepada Allah yang di surga, maka belas kasihan-Nya
diberikan kepada mereka. Ia "melihat perbuatan mereka itu, yakni bagaimana
mereka berbalik dari tingkah lakunya yang jahat, maka menyesallah Allah karena
malapetaka yang telah dirancangkan-Nya terhadap mereka, dan Ia pun tidak jadi
melakukannya." Yunus 3:10. Nasib mereka telah terhindar, Allah Israel
telah ditinggikan dan dihormati di kalangan dunia kafir, dan hukum-Nya ditaati.
Sejak saat itu bertahun-tahun lamanya barulah Niniwe jatuh sebagai mangsa
bangsa-bangsa di sekeliling, melalui lupa akan Allah dan melalui kesombongan
yang congkak. (Sesuai dengan laporan mengenai kejatuhan Asyur, lihat pasal 30
buku Yesaya).
Ketika Yunus mengetahui
rencana Allah menyelamatkan kota itu walaupun kota itu jahat, tetapi telah
dituntun untuk bertobat dengan memakai kain kabung dan abu, maka seharusnya
dialah yang pertama-tama bersuka oleh sebab rahmat Allah yang ajaib; tetapi
gantinya ia membiarkan pikirannya membayangkan kemungkinan bahwa ia akan
dianggap sebagai seorang nabi palsu. Merasa cemburu demi nama baiknya, ia
kehilangan pandangan terhadap nilai jiwa lebih besar yang tidak terbatas yang
berada di kota yang jahat itu. Kebaikan hati yang ditunjukkan Allah terhadap
orang-orang Niniwe yang bertobat itu "sangat mengesalkan hati Yunus, lalu
marahlah ia." Dan berdoalah ia kepada Tuhan, katanya, "Bukankah telah
kukatakan itu, ketika aku masih di negeriku? Itulah sebabnya maka aku dahulu
melarikan diri ke Tarsis, sebab aku tahu Engkaulah Allah pengasih dan
penyayang, yang panjang sabar dan berlimpah kasih setia serta menyesal karena
malapetaka yang hendak didatangkan-Nya." Yunus 4:1, 2.
Sekali lagi ia menyerah kepada
kecenderungannya menjadi ragu-ragu dan bimbang, dan sekali lagi ia diselubungi
oleh keputusasaan. Kehilangan pandangan minat kepada orang lain, dan merasa
seakan-akan ia lebih baik daripada hidup untuk melihat kota itu diselamatkan,
dalam kekecewaannya ia berseru, "Jadi sekarang, ya Tuhan, cabutlah kiranya
nyawaku, karena lebih baik aku mati daripada hidup."
"Layakkah engkau
marah?" tanya Tuhan. "Yunus telah ke luar meninggalkan kota itu dan
tinggal di sebelah timurnya. Ia mendirikan di situ sebuah pondok dan ia duduk
di bawah naungannya menantikan apa yang akan terjadi atas kota itu. Lalu atas
penentuan Tuhan Allah tumbuhlah sebatang pohon jarak melampaui kepala Yunus
untuk menaunginya, agar ia terhibur daripada kekesalan hatinya. Yunus sangat
bersukacita karena pohon jarak itu." Ayat 3-6.
Kemudian Tuhan memberikan
suatu pelajaran yang baik pada Yunus. "Keesokan harinya, ketika fajar
menyingsing, atas penentuan Allah datanglah seekor ulat, yang menggerek pohon
jarak itu, sehingga layu. Segera sesudah matahari terbit, maka atas penentuan
Allah bertiuplah angin timur yang panas terik, sehingga sinar matahari
menyakiti kepada Yunus, lalu rebahlah ia lesu dan berharap supaya mati,
katanya, Lebih baiklah aku mati daripada hidup."
Sekali lagi Allah berfirman
kepada nabi-Nya, "Layakkah engkau marah karena pohon jarak itu?"
Jawabnya, "Selayaknyalah aku marah sampai mati."
"Lalu Allah berfirman, Engkau sayang kepada
pohon jarak itu, yang untuknya sedikit pun engkau tidak berjerih payah dan yang
tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu
malam pula. Bagaimana tidak aku akan sayang kepada Niniwe, kota dari seratus
duapuluh ribu orang, yang semuanya tidak tahu membedakan tangan kanan dari
tangan kiri, dengan ternaknya yang banyak?" Ayat 7-11.
Menjadi
bingung, merasa terhina dan tidak sanggup mengerti akan rencana Allah dengan
menyelamatkan Niniwe, bagaimanapun Yunus telah memenuhi tugas yang diberikan
kepadanya untuk memberi amaran pada kota yang besar itu; dan walaupun peristiwa
yang diramalkan tidak sampai terjadi, namun bagaimanapun pekabaran itu berasal
dari Allah. Dan pekabaran itu menyelesaikan rencana Allah yang dirancangkan-Nya
harus demikian. Kemuliaan rahmat-Nya telah dinyatakan di antara orang kafir.
Mereka yang sudah lama duduk "di dalam gelap dan kelam, terkurung dalam
sengsara dan besi," "berseru-serulah mereka kepada Tuhan dalam
kesesakan mereka," dan "dibawa-Nya mereka ke luar dari dalam gelap
dan kelam, dan diputuskan-Nya belenggu-belenggu mereka."
"Disampaikan-Nya Firman-Nya dan disembuhkan-Nya mereka, diluputkan-Nya
mereka dari liang kubur." Mazmur 107:10, 13, 14, 20. Yunus duduk di bawah
naungan pohon jarak, tetapi marahlah dia, dan dalam keadaan putus asa dia
berkata, "Jadi sekarang, ya Tuhan, cabutlah kiranya nyawaku, karena lebih
baik aku mati daripada hidup."
Kristus ketika dalam
pekerjaan-Nya di bumi mengutip kebaikan yang dihasilkan oleh pekabaran Yunus di
Niniwe, dan membandingkan para penduduk di pusat kekafiran itu dengan yang
mengaku umat Allah pada zaman-Nya. "Orang-orang Niniwe," katanya
menaklukkan, "akan bangkit bersama angkatan ini dan menghukumnya juga,
sebab orang-orang Niniwe itu bertobat setelah mendengar pemberitaan Yunus, dan
sesungguhnya yang ada di sini lebih baik daripada Yunus." Matius 12:41. Ke
dalam dunia yang sibuk, yang penuh dengan hiruk pikuk perdagangan dan keriuhan
perniagaan, di mana manusia sedang berusaha memperoleh semua yang dapat mereka
capai untuk diri sendiri, maka Kristus telah datang; dan di atas kekacauan
laksana nafiri Allah, suara-Nya terdengar: "Apa gunanya seorang memperoleh
seluruh dunia, tetapi ia kehilangan nyawanya? Karena apakah yang dapat
diberikannya sebagai ganti nyawanya?" Markus 8:36, 37.
Sebagaimana pemberitaan Yunus
merupakan suatu tanda kepada orang-orang Niniwe, begitulah pemberitaan Kristus
merupakan tanda bagi angkatan-Nya. Tetapi betapa bertentangan penerimaan atas
perkataan yang diberikan! Namun di depan ketidakacuhan dan olokan Juruselamat
bekerja terus, sampai Ia menyelesaikan tugas-Nya.
Pelajaran itu adalah untuk
para pesuruh Allah sekarang, ketika kota bangsa-bangsa memang sesungguhnya membutuhkan
pengetahuan mengenai kelengkapan dan rencana Allah yang benar itu sebagaimana
orang-orang Niniwe pada zaman dahulu. Duta-duta Kristus harus mengarahkan
manusia kepada dunia yang lebih mulia, yang sebagian besar manusia telah
kehilangan pandangan atas-Nya. Sesuai dengan pengajaran Kitab Suci,
satu-satunya kota yang akan bertahan sampai selama-lamanya ialah kota yang
pembangun dan pembuatnya ialah Allah. Dengan mata iman manusia dapat memandang
pintu gerbang surga, bermandikan kemuliaan Allah yang hidup. Melalui
hamba-hamba-Nya yang sedang bekerja, Tuhan Yesus memanggil manusia untuk
berjuang mencapai cita-cita yang suci untuk memperoleh warisan yang tidak akan
binasa. Ia mendorong mereka untuk menyimpan harta di samping takhta Allah.
Dengan cepat dan dengan pasti
kesalahan datang dengan hampir secara menyeluruh ke atas para penduduk
kota-kota, oleh karena semakin bertambahnya kejahatan yang hebat dan tetap.
Kejahatan yang berlaku sudah tidak dapat dilukiskan dengan kuasa pena manusia.
Setiap hari mendatangkan kenyataan segar terhadap penyerangan, perkosaan dan
penipuan; setiap hari ada catatan yang menyakitkan hati mengenai tindakan
kekerasan dan tindakan di luar hukum, catatan mengenai ketidakacuhan terhadap
penderitaan manusia, terhadap kekejaman, terhadap kemusnahan nyawa manusia
secara bengis. Setiap hari dapat disaksikan meningkatnya penyakit jiwa,
pembunuhan dan bunuh diri.
Dari zaman ke zaman Setan
telah berusaha mencegah manusia untuk mengetahui akan manfaatnya rencana
Yehova. Ia telah berikhtiar untuk menghilangkan dari pandangan mereka akan
perkara-perkara besar dalam hukum Allah--yaitu prinsip-prinsip keadilan, rahmat
dan cinta yang termaktub di dalamnya. Manusia menyombongkan kemajuan ajaib dan
kegemilangan zaman di mana kita sekarang hidup; tetapi Allah melihat bumi ini
penuh dengan kejahatan dan kekejaman. Manusia memaklumkan bahwa hukum Allah
telah dihapuskan, bahwa Alkitab tidak asli; dan sebagai akibatnya, air pasang
kejahatan, seperti yang belum pernah terjadi sejak zaman Nuh dan Israel murtad,
melanda seluruh dunia. Kemuliaan jiwa, kelemahlembutan, kesalehan, telah
ditukar habis-habisan untuk memenuhi nafsu terhadap hal-hal yang terlarang.
Catatan hitam mengenai kejahatan yang dilakukan demi mencapai tujuan sudah
cukup membuat darah menggigil dan memenuhi jiwa dengan kegentaran.
Allah kita adalah Allah yang
berkasihan. Dengan panjang sabar dan belas kasihan yang lemah lembut Ia
berurusan dengan para pendurhaka terhadap hukum-Nya. Dan namun, pada zaman kita
sekarang ini, ketika pria dan wanita memiliki begitu banyak kesempatan untuk
berkenalan lebih dekat dengan hukum Ilahi sebagaimana yang dinyatakan dalam
Tulisan Kudus, maka Raja besar yang menguasai semesta alam tidak dapat
memandang dengan perasaan puas akan kota-kota yang jahat, di mana memerintah
dengan kekejaman dan kejahatan. Berakhirnya panjang sabar Allah bagi mereka
yang bertahan dalam pendurhakaan sudah semakin dekat dengan cepat.
Haruskah manusia terkejut
dengan perubahan mendadak dan tidak diharapkan dalam urusan-urusan Raja Agung
itu dengan para penghuni dunia yang jatuh? Haruskah mereka terkejut bilamana
hukuman mengikuti pelanggaran dan kejahatan yang bertimbun-timbun? Haruslah
mereka terkejut apabila Allah harus mendatangkan kebinasaan dan maut ke atas
mereka yang mendapat keuntungan secara tidak sehat yaitu yang diperoleh melalui
penipuan dan kecurangan? Walaupun ternyata bahwa terang bertambah-tambah, dalam
hal tuntutan Allah telah menyinari jalan mereka, banyak yang tidak mau
mengetahui peraturan Yehova, dan telah menerapkan untuk tinggal di bawah panji
hitam biang keladi segala pemberontakan melawan pemerintahan surga.
Panjang sabar Allah adalah
sangat besar--begitu besar sehingga bilamana kita terus memikirkan penghinaan
terhadap hukum-hukum-Nya yang kudus, maka kita merasa heran. Dia Yang Mahakuasa
telah menggunakan kuasa membatasi terhadap sifat-Nya sendiri. Tetapi dengan
pasti Ia akan bangkit untuk menghukum orang jahat, yaitu yang begitu berani
menentang keadilan yang dituntut dalam Sepuluh Hukum.
Allah memberi manusia suatu
jangka waktu pintu kasihan, tetapi ada titik di mana kesabaran Ilahi akan
habis, dan pehukuman Allah dengan pasti akan berlaku. Tuhan menunjukkan panjang
sabar kepada manusia, dan kepada kota-kota, dengan penuh belas kasihan memberi
amaran untuk menyelamatkan mereka dari murka Ilahi; tetapi saatnya akan tiba
bilamana meminta belas kasihan tidak lagi akan terdengar, dan unsur-unsur
pemberontak yang terus menerus menolak terang kebenaran akan dihapuskan,
sebagai pengasihan kepada mereka sendiri dan kepada mereka yang satu dan lain
hal mau dipengaruhi oleh contoh mereka.
Waktunya sudah dekat bilamana
kesusahan akan datang di dunia sedangkan tidak ada obat manusia yang dapat
menyembuhkannya. Roh Allah sedang ditarik. Bencana-bencana di laut dan di darat
terjadi dengan cepat secara beruntun. Betapa sering kita mendengar tentang
gempa bumi dan badai, tentang kebinasaan oleh api dan banjir, dengan kerugian
jiwa dan harta yang besar! Tampaknya bencana-bencana ini merupakan
kejadian-kejadian yang tak terduga dari sifat alam yang tak terkendalikan dan
tak teratur, yang keseluruhannya di luar batas kemampuan manusia untuk
mengendalikannya; tetapi di dalam kesemuanya itu, rencana Allah dapat dibaca.
Hal-hal ini adalah di antara alat-alat yang olehnya Ia menggerakkan pria dan
wanita untuk merasakan bahaya yang mengancam mereka.
Para pesuruh Allah di
kota-kota besar tidak boleh merasa putus asa terhadap kejahatan, ketidakadilan,
kebejatan moral, di mana mereka telah terpanggil untuk menghadapinya ketika
berusaha memberitakan kabar baik keselamatan. Tuhan akan menggembirakan setiap
pekerja tersebut dengan pekabaran sama yang diberikan-Nya pada rasul Paulus di
kota Korintus yang jahat: "Jangan takut! Teruslah memberitakan Firman dan
jangan diam! Sebab Aku menyertai engkau dan tidak ada seorang pun yang akan
menjamah dan menganiaya engkau, sebab banyak umat-Ku di kota ini." Kisah
18:9, 10. Biarlah mereka yang terlibat dalam pekerjaan penyelamatan jiwa
mengingat bahwa sementara terdapat banyak orang yang tidak mengindahkan nasihat
Allah dalam Firman-Nya, maka seluruh dunia tidak akan berbalik dari terang dan
kebenaran, dari undangan Juruselamat yang sabar dan berkemurahan. Pada setiap
kota yang walaupun barangkali berisi kekejaman dan kejahatan, di sana terdapat
banyak orang yang dengan pengajaran yang tepat dapat belajar untuk menjadi
pengikut Yesus. Dengan demikian beribu-ribu orang dapat dijangkau dengan
kebenaran yang menyelamatkan dan dapat dipimpin untuk menerima Kristus sebagai
Juruselamat pribadi.
Pekabaran
Allah bagi para penduduk bumi sekarang ialah, "Hendaklah kamu juga siap
sedia, karena Anak Manusia datang pada saat yang tidak kamu duga." Matius
24:44. Keadaan-keadaan yang sedang berlangsung dalam masyarakat, dan
teristimewa di kota-kota besar, bangsa-bangsa memberitakan dengan nada gemuruh
bahwa jam pehukuman Allah sudah tiba dan kesudahan segala perkara di bumi sudah
dekat. Kita sedang berdiri di ambang pintu krisis zaman. Dengan cepat secara
bergantian penghukuman Allah akan saling mengikuti satu dengan yang
lain--amukan api, banjir, gempa bumi, dengan peperangan dan pertumpahan darah.
Kita tidak boleh terkejut pada saat ini oleh peristiwa-peristiwa yang besar dan
menentukan; karena malaikat kemurahan tidak dapat lebih lama lagi melindungi
yang tidak mau bertobat. "Sebab sesungguhnya, Tuhan mau ke luar dari
tempat-Nya, untuk menghukum penduduk bumi karena kesalahannya, dan bumi tidak
lagi menyembunyikan darah yang tertumpah di atas, dan tidak lagi menutupi
orang-orang yang terbunuh di sana." Yesaya 26:21. Angin topan murka Allah
sedang bangkit; dan yang dapat bertahan hanyalah mereka yang menerima undangan
rahmat, sama seperti yang dilakukan para penduduk Niniwe oleh pemberitaan
Yunus, dan menjadi kudus melalui penurutan terhadap hukum-hukum Raja Ilahi.
Hanyalah orang-orang benar saja yang akan bersembunyi dengan Kristus pada Allah
sampai kebinasaan itu berlalu. Biarlah bahasa jiwa itu adalah sebagai berikut:
"Lain
upaya tidak bri,Harap dan penghiburan;
Hamba yang lemah ini!
Jangan Tuhan tinggalkan.
"Ya Tuhanku, lindungkan!
Sampai tofan pun lalu;
Pimpinlah ke labuhan,
tempat perhentianku!"
Sumber: Para Nabi dan Raja
No comments:
Post a Comment