OPINI
Suara
Mahasiswa Yang Teredam dan Tradisi Yang Dibungkam
Mahasiswa adalah
generasi yang memikul tanggung jawab akan masa depan dihadapan sebuah komunitas
yang disebut masyarakat. Mahasiswa adalah bukti dari perkembangan pendidikan
bangsa yang telah merdeka sepanjang tujuhpuluhan tahun ini, sekumpulan manusia
yang sering disebut kaum intelek, kaum pemikir dan generasi yang diharapkan
sebagai perintis akan kemajuan pola pikir dan peradaban yang semakin mengarah
kepada persaingan global yang memerlukan keahlian dan kecakapan dalam
kehidupan.
Era modern usai digantikan oleh era postmodern. Sistem
berganti menuju arah yang semakin kompleks dalam kehidupan sosial dan mahasiswa
yang disebut sebagai pemikir itu seharusnya mengambil bagian dalam peralihan
zaman dan bertanggungjawab untuk mengentaskan segala permasalahan dengan
mengaplikasikan buah pikiran mereka sebagai solusi dan jawaban akan zaman yang
lebih baik.
Era Reformasi saat ini tengah berjalan di negeri kita,
Indonesia. Era Reformasi adalah era yang telah kita nikmati saat ini dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, yang sesungguhnya tidak lepas dari peran
mahasiswa yang menyuarakan aspirasi bangsa ini dan menaklukkan Orde Baru pada
tahun 1998. Mahasiswa pada catatan sejarah itu, membuktikan eksistensi,
identitas, dan integritas mereka sebagai mahasiswa yang mampu dan berani
menyuarakan kebenaran meskipun dalam keadaan tertindas dan dibungkam.
Embel-embel “HIDUP MAHASISWA” gegap gempita mengawali era
Reformasi yang membawa pembaharuan dan semangat baru dalam jiwa bangsa
Indonesia lengkap dengan Tridharma Perguruan Tinggi serta semangat pengabdian
akan bangsa dan negara, kini seolah menguap entah kemana. Memang Globalisasi
menciptakan sikap-sikap individualistik yang membuat kekompakan dan kesatuan mahasiswa
era 90-an terdengar seperti dongeng dan hanya tinggal sejarah belaka. Kesatuan
dan kekompakan itu telah memudar di masa ini. Polemik yang terjadi ini tidak
lepas dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi serta revolusi
mental dan pemahaman akan HAM yang semakin kompleks. Pemahaman HAM yang semakin
kompleks menimbulkan ambiguitas dan penafsiran ganda akan hak-hak hidup dan
kenyamanan seseorang. Misalkan ketika seorang guru menghukum muridnya karena
kesalahannya, dan murid mengadukan kepada orangtua, tentu berbeda cara orangtua
dizaman ini menyikapi kasus tersebut apabila diperbandingkan dengan cara
orangtua menyikapinya pada masa 10 tahun yang lalu.
Lantas pola pikir dan peradaban terus berkembang dan
bergerak dinamis, lalu apakah peran Mahasiswa dalam sistem ini? Belajar dari
para perintis era Reformasi, dimana Mahasiswa mampu berdiri tangguh ditengah
berbagai krisis yang melanda, menantang rezim yang berkuasa dan rezim yang
bertindak semena-mena, menindas masyarakat. Mereka mampu menyuarakan kebenaran
meskipun menghadapi resiko yang berat bahkan kematian. Akan tetapi
sesungguhnya, mahasiswa saat ini lebih takut di DO ketimbang menyuarakan
kebenaran dan takut untuk melawan sistem yang tidak mendukung mahasiswa.
Bahkan, krisis yang lebih parah saat ini, mahasiswa menjadi serigala bagi
mahasiswa lainnya (Homo Homuni Lupus). Lalu kemenangan pribadi menjadi sesuatu
yang lebih utama daripada kesejahteraan yang dibagi bersama.
“Bangsa
yang besar, adalah bangsa yang mengingat Sejarah bangsanya( Ir. Soekarno) lalu
pada saat ini, apakah mahasiswa masih memahami peran mahasiswa dan Tridarma
Perguruan Tinggi sebagai tugas dan panggilannya? Yang pada sejarah telah
dibuktikan Mahasiswa 1998, yaitu berani mengatakan yang benar dan menyuarakan
keadilan. Mahasiswa semestinya belajar dari sejarah pergerakan kebangsaan,
bukan untuk dibungkam sebab seorang pemikir dan kaum intelek, terlahir bukan
untuk dibungkam.
Berikan
aku 10 pemuda maka aku akan mengguncang Dunia(Ir. Soekarno). Kiranya mahasiswa
sebagai pemuda ataupun sang pemilik jiwa muda memahami apa yang dikatakan oleh
Bung Karno, bahwa potensi yang dimiliki Mahasiswa adalah luar biasa apabila
dinyatakan dengan persatuan dan kesatuan, jelas mampu mengubah sejarah. Mengapa
Bung Karno tidak meminta 1 atau 5 pemuda? Bahkan Dengan 10 pemuda Bung Karno
mampu menyatakan akan mengguncang dunia, coba bayangkan apa yang akan
dinyatakan beliau apabila lebih dari 10 pemuda yang bersatu? Apakah mahasiswa
tidak malu dikatakan sebagai pemikir dan intelek, jika dibungkam dan tidak
berani menyuarakan kebenaran? HIDUP MAHASISWA.
By
: Jepri Mardaup ( Wakil Ketua Or GMKI Komisariat STT HKBP)
No comments:
Post a Comment