Friday, May 20, 2016

Suara Mahasiswa Habinsaran


KITA BERPIKIR, HABINSARAN AKAN JAYA
Pada hakekatnya kita adalah manusia yang diciptakan untuk bergerak dan melalukan pergerakan. Kita adalah manusia yang ciptakan untuk terus berkembang dan berubah dan melakukan perubahan. Kita adalah manusia yang dikaruniai akal dan kemampuan untuk berpikir, kita adalah manusia yang dikarunia perasaan dan daya untuk memiliki kasih.
Lalu, ketika kita dicipta sedemikian, masihkah kita berjalan di tempat dan bersuara-suara kecil ditengah-tengah kerumunan? Masihkah kita hanya berkoar-koar sepanjang para penguasa masih kita nilai sebatas lintah penghisap darah bukan lagi sejatinya sebagai wakil rakyat? Maka ketika aku berpikir maka aku ada (Renes des Cartes) seharusnya kita dapat menimbang bahwa segala hal kita perlu kuasai, segala lini perlu kita jelajahi agar kita tidak mengkritisi suatu permasalahan dari satu sudut pandang saja melainkan meluas yaitu mencakup kehidupan sosial, politik, agama dll.
Aku adalah seorang pemuda yang berasal dari desa Aek Unsim, Kecamatan Bor-bor, Kabupaten Toba Samosir dan banyak hal yang belum ku ketahui mengenai wilayah dan daerahku sendiri. Setitik hal yang aku tahu, bahwa hingga pada saat ini, infrastruktur berupa jalan sebagai sarana transportasi utama tidaklah pernah rampung pembangunannya sehingga sampai saat ini, jalanan tersebut sangatlah buruk baik pada saat musim hujan maupun musim tidak hujan. Sarana komunikasi juga sangat rumit di daerah kami, sehingga kami harus mendaki gunung untuk dapat menelpon keluarga dan memanjat pohon asam untuk mengasami masakan didapur sembari mencari di dahan manakah sinyalnya tengah bersembunyi.
Semakin memperhatikan kondisi setiap daerah demi daerah yang kita lintasi di Habinsaran Nauli (mencakup parsoburan,bor-bor,nassau) semakin banyak keluhan yang tanpa disuarakan pun dapat kita dengar dari jeritan derit-derit engsel pintu berkarat dan batuk jalanan kala aspal berlobang bertemu dengan putaran ban dari astrea yang mengangkut segumpalan karet menuju pasar parsoburan pada pagi-pagi buta. Sedemikian juga kerikil-kerikil yang dulunya aspal yang bersua dengan air hujan, kini berloncatan ria saat roda-roda colt diesel punya pak tokke (pengumpul) mengangkut kemenyan dari Borbor, berangkat ke Toba, serta merta pick up yang cat nya telah berganti dari biru menjadi coklat serba kekarat-karatan dan penyok di sisi kirinya menyusul di belakang colt diesel tersebut dan membawa banyak karung-karung bermuatan andaliman. Begitu girangnya para kerikil tersebut berloncatan sesaat sebelum dua mahluk beroda itu berlalu dan semakin menjauh, kerikil pun melambaikan tangannya dalam suasana diam diatas aspal berlobang.
Pada satu keinginan, Habinsaran Nauli ingin kemakmuran itu kembali ke pangkuannya akan tetapi pada satu sisi manusia-manusia yang ada dipangkuannya menjual air susu ibu dan tidak meminumnya sendiri untuk pertumbuhannya. Ada satu cita-cita yang selalu disuarakan yakni kemakmuran dan kemajuan dan kesejahteraan yang meliputi seluruh masyarakat tetapi kita adalah masyarakat yang tidak menyadari bahwa tanah kita, bumi kita berpijak adalah tanah yang diperkosa sebab segenap hasil getah bak tetesan susu dari payudara ibunda telah kita jual pada orang asing. Hasil alam kita pergi dan hanya uang yang tersisa di genggaman tangan, untuk membeli ikan asin untuk persediaan seminggu dan mujahir besar, setidaknya ada makanan manis di hari pekan.
Sumber daya alam kita melimpah, sumber daya manusia yang perlu dibenahi. Ada satu cita-cita saat kita semua sudi untuk berpikir dan mencoba menemukan solusi sebab banyak lagi hal yang perlu diluruskan di tanah kita Habinsaran. Kemelut tersembunyi agar kita mencoba untuk menyingkap semampu kita dan berusaha mencari solusi terbaik akan kesejahteraan bagi kehidupan rakyat, untuk memperoleh kehidupan yang layak bagi orangtua dan anak-anaknya.
Saya ingin mencoba memulai dari hal yang paling kecil, ingin memulai dari hal yang paling sederhana untuk menghimbau saudara-saudara yang setuju dan merasakan hal yang sama dapat membentuk suatu kerjasama dalam suatu bentuk komunikasi. Wawasan saya sendiri amatlah terbatas tetapi apabila semakin diperlengkapi alangkah hebatnya suatu kolaborasi pemikiran itu.
Bukanlah atas rasa penderitaan saya menuliskan hal ini, akan tetapi atas dasar berpikir saya untuk selalu berusaha bergerak dan melakukan perubahan. Saya sendiri nyaman di nuansa dingin dan sepi kampung halaman saya tetapi saya tidak nyaman juga di suasana yang makin canggih zaman ini kami masih harus memanjat pohon jambu untuk menemukan gantungan sinyal.
Setiap daerah di Habinsaran Nauli ( Habinsaran, Borbor, Nassau) pasti memiliki kemelut tersendiri. Marilah memikirkannya. Maka ketika kita berpikir, kita bergerak dan melakukan pembaharuan, maka kita ada

Salam : SUMAHA  ( Mei 2016)



No comments:

Post a Comment